RSS

Pelecehan Seksual, Salah Siapa?



Saat ini kaum perempuan cenderung makin bebas dalam mengenakan busana. Di layar televisi sering kita saksikan perempuan dengan busana yang mini dan terbuka. Tubuh mereka dipertunjukkan untuk menarik perhatian penonton. Bahkan, di jalan-jalan, di angkutan umum, di pusat perbelanjaan, atau di tempat-tempat umum lainnya pun banyak perempuan yang mengumbar aurat. Mereka berpakaian dengan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh tanpa risih. Hal itu tentu saja dapat mengundang tangan-tangan nakal untuk menyentuhnya. Perempuan yang berpenampilan seronok tentu membuat laki-laki tergoda. Kemudian, kaum laki-laki beraksi secara agresif, mulai dari mengoda sebatas ucapan sampai ada yang berani menjamah tubuh kaum perempuan itu. Bukan, tidak mungkin jika akhirnya terjadi perkosaan.

Akibat selanjutnya, pelecehan seksual menjadi marak dan tren tersendiri. Diminati sekaligus dikecam. Saling menyalahkan antara kaum laki-laki dan perempuan sudah biasa. Keduanya sama-sama tidak mau disalahkan. Kaum laki-laki protes ketika dituduh sebagai biang keladi pelecehan seksual. Mereka berdalih menirukan gaya sebuah iklan layanan masyarakat yang bunyinya, “Bagaimana mungkin angka perkosaan akan makin turun jika pakaian Anda makin tinggi?” Masalahnya tidak sampai di situ. Kaum perempuan juga menuduh kaum laki-laki karena tidak mampu menahan nafsu. Akhirnya, tidak ada yang mau kalah dan disalahkan.

Menurut saya, terjadinya pelecehan seksual disebabkan oleh kesalahan kedua pihak, yaitu pihak perempuan dan laki-laki. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada kaum perempuan. Kaum laki-laki juga bejat. Pihak laki-laki bersalah karena bertindak tidak sopan. Pihak perempuan bersalah karena berpakaian tidak sopan. Jadi, keduanya harus bertanggung jawab.

Untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual, harus ada perubahan individu, baik perempuan maupun laki-laki. Kaum perempuan harus berpakaian sopan yang menutupi auratnya. Kau laki-laki pun harus bisa mengendalikan diri dan menjaga pandangan dari hal-hal yang dapat membangkitkan hawa nafsunya. Selain itu, masyarakat harus ikut menjaga dan mengontrol. Jika ada individu yang salah, harus ditegur. Sebaliknya, jika benar harus didukung. Pemerintah juga harus menertibkan media massa, baik cetak seperti surat kabar, majalah, dan tabloid maupun elektronik seperti tayangan televisi, VCD, DVD yang makin berani menyuguhkan hal-hal berbau porno.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy