RSS

Aku, Buku, dan Angkot





Midnight Sun - BSR 1 - BSR 2 - BSR 3 - BSR 4 - BSR 5 - BSR 6 - BSR 7 - BSR 8 - BSR 10 - Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin - Backpacker Surprise - Kidung Kembara - Mencari Belahan Hati - The Journey - Summer in Seoul - Winter in Tokyo - The Gogons - Autumn in Paris - Eliana - Fate - Spring in London - Wisdom of Womens - Bidadari Bumi - Rumah Seribu Malaikat - 9 Summers 10 Autumns - Negeri 5 Menara (masih dibaca) - Ayahku (Bukan) Pembohong (akan dibaca) - Ranah 3 Warna  (akan dibaca) - Padang Bulan (akan dibaca) - Cinta di Dalam Gelas (akan dibaca).

Banyak bener! ckckck... Pantes akhir-akhir ini kepalaku terasa berat. Ternyata terlalu banyak menyerap kosakata. Terlalu banyak kisah yang memenuhi benak. Uh, rasanya hampir meledak! :D

Deretan buku di atas tidak semuanya milikku. Sebagian buku yang kubaca adalah pinjaman dari teman. Sebagian lagi kubeli sendiri dengan uang hasil kerja keras membanting tulang (lebay :D).

Kebiasaan lamaku kambuh, sobat. Tiada hari tanpa novel (wehehe..). Bukan! Bukan karena aku punya banyak waktu luang, apalagi tak ada kerjaan. Kerjaan banyak sebenarnya. Agendaku cukup padat (alah, sok sibuk ya.. :D). Aku menyengaja membacanya.

Buku-buku itu sengaja kubaca untuk menghalau dan mengusir rasa bosan yang hinggap. Meski menyukai dan menikmati aktivitas harianku sekarang, tetap saja rasa bosan kadang muncul di tengah rutinitas harian yang monoton. Ditambah lagi jarak rumahku ke kantor jauh banget. Beuh, bener-bener perjalanan yang melelahkan. Menguras waktu, tenaga, dan kantong (hehe... yang pernah maen ke rumahku, pasti kebayang kan segimana jauhnya? :D).

Nah, untuk mengisi kekosongan waktu dalam perjalanan sehari-hari dari rumah ke kantor dan untuk mengisi sela-sela waktu di tengah rutinitas harian, aku melahap novel-novel itu satu demi satu (nyam nyam ajib :D). Hasilnya, lumayan membantu. Perjalanan panjangku tak terasa lama. Waktuku tidak berlalu sia-sia amat. Keuntungan lain, aku menemukan inspirasi dan motivasi baru untuk menjalani hari-hari. Saat membacanya, kadang aku tersenyum-senyum sendiri, kadang ikut tergelak atau tertawa terpingkal-pingkal, kadang ikut mencucurkan air mata, kadang ikut geram setengah mati, dan kadang ikut deg-degan tak karuan. Membaca kisah-kisah itu membuatku merasa senang. Banyak pelajaran yang bisa kupetik. Mungkin kapan-kapan akan kuulas buku-buku itu satu per satu (semoga terwujud).

Ngobrolin tentang buku sebenarnya membuat hatiku cenut-cenut. Pasalnya, aku tengah kehilangan buku tiga hari lalu. Tidak tanggung-tanggung, langsung tiga biji. Meski berkali-kali mencoba mengikhlaskan, rasanya tetap berat. Kehilangan benar-benar menyakitkan. Walau berkali-kali telah mengalaminya, tetap saja terasa pedih sampai ke ulu hati.

Kenapa bisa hilang? Itu pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut teman-temanku. Yah, rasanya memang agak aneh kalau buku bisa hilang. Tapi itulah kenyataannya. Tiga novelku telah berpindah tangan. Entah ada di tangan siapa sekarang. Novel-novel itu hilang bukan karena dicuri, tapi gara-gara ketinggalan di angkot.

Begini ceritanya, hari itu kedua temanku mengembalikan novel yang mereka pinjam. Yang satu berjudul Twilight dan satu lagi Ayahku (Bukan) Pembohong. Ditambah novel Negeri 5 Menara yang sedang kubaca, akhirnya novel yang harus kubawa pulang berjumlah tiga. Karena tidak muat dimasukkan ke dalam tas, terpaksa novel-novel itu kutenteng di kantong plastik.

Singkat cerita, ketika naik angkot, aku duduk di kursi penumpang sebelah kiri dan novel-novel malang itu kusimpan di kursi. Kebetulan saat itu penumpang sepi. Nah, saat turun dari angkot, aku keluar lenggang kangkung. Benar-benar melupakan novel-novelku. Benar-benar tidak ingat alias tidak ngeh (pas turun memang tidak ada siapa-siapa di angkot, jadi tidak ada yang mengingatkanku). Turun dari angkot, kakiku menuju ATM.

Aku baru sadar tidak membawa tentengan buku saat duduk manis di dalam angkot menuju ke rumahku. Kesadaranku muncul setelah angkot itu bersiap meninggalkan Kota Bogor. Ironisnya, aku benar-benar lupa telah meninggalkan novel-novel itu di mana. Serta merta aku menyetop angkot, lalu turun sembarang di tepi jalan. Setelah menyeberang, aku naik angkot ke arah Bogor.

Saat di angkot itu aku sibuk mengingat-ingat, antara ATM atau angkot 08 Ramayana-Wr. Jambu. Untuk memastikannya, aku kembali ke ATM. Hatiku berharap novel-novel itu tertinggal di sana sehingga kemungkinan besar masih bisa didapatkan kembali. Ternyata di sana tidak ada apa-apa.  Aku pun sempat memastikan dengan bertanya pada satpam yang sedang berjaga. Dia tidak melihatnya.

Berarti novelku ketinggalan diangkot. Angkot itu pasti sudah berjalan ke arah Warung Jambu. Tidak mungkin untuk disusul karena sulit mendeteksi angkot mana yang membawa novelku. Apalagi bila mengingat, begitu banyak angkot 08. Aku sama sekali tidak ingat sudah naik angkot dengan nomor polisi berapa. Bahkan, wajah Pak Sopir pun sama sekali tak muncul di benakku. Itu artinya kemungkinan novelku bisa ditemukan sangat kecil. Seketika ada rasa sedih menerjang. Tubuhku lemas. Aku terpaku seperti orang linglung. Wajahku melongo. Sock berat.

Dengan langkah gontai seperti habis dihajar di ring tinju, aku berjalan ke arah jalan. Lalu, berdiri mematung di pinggir jalan sambil mengamati angkot 08 yang melintas. Kepalaku sibuk melongok ke dalam angkot-angkot itu. Nihil, tak satu pun angkot yang sedang tertangkap membawa novelku. “Kembalikan novelku ya Tuhan,” pintaku berulang-ulang dengan harap-harap cemas. “Ya Allah, selamatkan novelku,” ucapku lirih saat mataku lelah mengamati angkot yang lewat. Akhirnya, kuputuskan pulang saja.

Aku pulang
Tanpa dendam
Kuterima kekalahanku
#SOS

Separuh jiwaku pergi
#Anang

Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
#Ari Laso

Beberapa potong lirik lagu di atas memenuhi kepalaku saat melangkah. Hahah.. konyol memang, dalam keadaan sedih masih saja mengingat lirik lagu :D.

Siapa pun yang mengamankan novelku, semoga diberi ilham untuk mengembalikan novel itu ke tanganku (di salah satu novel itu ada nomor HP-ku). Sampai kini, aku masih berharap orang itu akan menghubungi.  “Mungkin dibaca dulu kali. Nanti kalo udah selesai, baru dikembaliin,” begitu hibur teman-temanku. Yah, meski sampai detik ini tak ada kabar yang dinantikan tersebut, aku tetap berharap. Maka, aku akan terus menunggunya selama seminggu ke depan.

Jika pun nanti, novel itu tidak kembali lagi, aku akan berusaha mengikhlaskannya. Insyaallah aku akan membeli novel baru dengan judul yang sama. “Ketika Allah mengambil sesuatu, Dia akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik”. Hanya itu kalimat ampuh yang kuucapkan berulang-ulang untuk menguatkan pertahananku yang selalu jebol jika mengingat kejadian ini.

Dalam kesempatan ini, aku mengetuk hati pembaca supaya ikut berdoa untukku. Semoga aku diberi keikhlasan hati dan limpahan rezeki sehingga bisa secepatnya membeli novel lagi. Amin. Syukron ^__^

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy