RSS

mencintai pun perlu bukti


Hening. Hanya suara pensil yang sesekali terdengar ‘tek… tek…’ karena digerakkan si empunya. Kami sedang berada di kelas. Saya duduk di kursi guru sambil menunggu siswa-siswa mengerjakan soal. Di hadapan saya ada tiga siswa putra yang ganteng-ganteng dan baik-baik. Mereka sedang mengerjakan soal suplemen PTN. Wajah mereka terlihat serius. Dari raut muka dan kening mereka yang berkerut-kerut, saya bisa menebak bahwa mereka sedang dilanda kesulitan tingkat tinggi. Soal-soal tes masuk PTN memang tergolong sulit sehingga perlu ketelitian dan ketekunan dalam mengisinya. Saking susahnya sampai-sampai bisa membuat kepala siapa pun “ngebul” (hehe). 

Keheningan itu tiba-tiba pecah oleh derai tawa mereka. Ketika saya tanyakan penyebabnya, mereka malah senyum-senyum penuh arti. “Kenapa?” tanya saya kedua kalinya. “Nggak apa-apa, Mba,” jawab mereka singkat. Oalah, ada apa gerangan? Seketika rasa penasaran timbul di hati saya. Kemudian, mereka kembali mengerjakan soal, mengacuhkan saya yang masih sibuk menebak-nebak. 

Setelah mereka selesai mengisi semua soal, saya memandu mereka untuk membahas soal-soal itu. Saya menguraikan penjelasan tiap soal sejelas-jelasnya, kemudian menyebutkan jawaban yang tepat untuk tiap-tiap soal. Mereka antusias mengikuti dan mendengarkannya. Beberapa soal terjawab sudah hingga sampailah pada soal nomor sekian. Saat saya membacakan kalimat soal yang tertera pada nomor itu berikut kalimat-kalimat pada pilihan jawaban poin a-e yang disediakan, tawa mereka kembali berderai. Olala, ternyata ini toh yang membuat mereka dari tadi senyum-senyum kayak habis menang undian berhadiah. Rasa penasaran saya perlahan-lahan menguap berganti dengan rasa takjub. Jujur, saya takjub dengan kalimat yang tertera pada soal itu karena telah berhasil membuat siswa-siswa saya tertawa-tawa di tengah keruwetan mengisi soal. 

Anda penasaran? Baguslah (haha). Tapi, tenang kawan, saya akan segera memberitahu kalimat sakti pengundang tawa itu. Inilah kalimat yang dimaksud:
“Mencintai seseorang tidak hanya dibuktikan dengan kata-kata, tetapi juga harus dibuktikan dengan keberanian untuk menikahinya.”
(soal UM UGM 2004).

Yupz, saya setuju 100% dengan bunyi kalimat tersebut (hehe). Kalimatnya keren banget. Jempol empat deh (plus jempol kaki, xixixi) untuk si pembuatnya. Saya rasa, kalimat tersebut mengajarkan arti tanggung jawab sejati dan mendorong siapa pun untuk bertindak berani dan benar.   

Cinta memang perlu bukti, bukan sekadar janji-janji. Apalah artinya ucapan manis berbusa-busa penuh cinta, tapi tak ada realisasi nyata dari pernyataan cinta itu. Hah, itu sih bullshit! NATO! Omdo alias omong doang! Waduh, kenapa saya menggebu-gebu dan bersemangat 45 begini ya…? (kkkkk… ). Ah, biarin… hitung-hitung sedang latihan orasi saja (hehe). 

Misal nih kawan, ada seseorang yang mengaku sangat mencintaimu. Dia menyatakan perasaannya padamu terus terang, bahkan ribuan kali dia mengatakan cinta padamu. Tapi, dia tak punya niat untuk menikahimu. Apakah kamu mau menerimanya? Apakah kamu memercayai ungkapan cintanya? Jangan kawan. Jangan terlalu percaya padanya. Ingat, cinta suci hanyalah cinta yang telah diikat oleh ijab kabul sebuah pernikahan. Jadi, jangan mau begitu saja untuk diajak menjalin hubungan ilegal dengan mengatasnamakan cinta. 

Betul, dicintai dan mencintai termasuk fitrah manusia. Cinta memang anugerah dari Tuhan kepada setiap insan. Tapi, bukan berarti boleh diobral dan diumbar secara liar tanpa aturan. Sang Pemilik Cinta telah menurunkan seperangkat aturan untuk mengatur hubungan dua insan yang sedang dimabuk cinta, yaitu dengan menikah. Tentu saja, aturan itu bukan untuk mengekang, melainkan untuk memberi ketenangan, ketentraman, dan kebaikan. Ingat, tak ada satu pun aturan-Nya yang akan menyengsarakan manusia. Jadi, jangan nodai cintamu. Biarkan cintamu utuh terjaga hingga ijab kabul tiba. Biarkan cintamu mekar bersemi dalam ikatan suci yang diridhai ilaahi. 

Saya sih tidak akan percaya. Meski si dia mengungkapkan cinta dengan ucapan yang sungguh romantis dalam suasana yang syahdu di bawah temaram lampu taman ditemani musik yang mengalun merdu mendayu-dayu, saya tetap tidak akan mudah percaya. Saya harap kamu juga jangan percaya, kawan :D. Saya akan mulai percaya bahwa dia benar-benar mencintai saya jika dia berani membuktikan cintanya dengan sungguh-sungguh berniat menikahi saya (hehe). Akhirnya, saya pun akan amat percaya bahwa dia benar-benar mencintai saya jika dia berani membuktikan cintanya dengan menikahi saya karena-Nya ^^. Cinta bukanlah permainan senda gurau, terlalu sayang untuk dicoba-coba.

4 komentar:

Lissa_RHI mengatakan...

Mencintai seseorang tidak hanya dibuktikan dengan kata-kata, tetapi juga harus dibuktikan dengan keberanian untuk menikahinya.”
(soal UM UGM 2004).


diungkapkan dengan menggebu itu mah bukan orasi tapi kayaknya krn pengalaman pribadi...ayooo ngaku...ckckckckckkckckckckkck

Ai Warni mengatakan...

ah, mba lisa suka nodong2...
bukan pengalaman pribadi kok, tapi pengalaman tetangga... n tetanggaku salah satunya dirimu... kkkkkkk...

Lissa_RHI mengatakan...

huahahahhahahhahahahahaha....
ko' tau c??? jd malu...ckckckckckkckck

Ai Warni mengatakan...

tau dong, kan aq bisa melihatnya lewat wajahmu, menerawangnya lewat pikiranmu, n meraba isi hatimu.... wkwkwkwk.. *nyontek cara mendeteksi keaslian uang kertas.. :D

tenanglah mba, suatu hari si dia akan membuktikan cintanya dengan menikahimu secara jantan, hehehe.. eh, amin amin.. ^__^

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy