RSS

Pertemuan Kita


Aku di sini.
Kau di sana.
Kita berada di tempat yang berbeda.
Kita dipisahkan oleh jarak ribuan kilo.
Kita disekat oleh dimensi ruang dan waktu.
Namun, siapa sangka sekarang kita menjadi dekat.
Kalau bukan kuasa-Nya tak mungkin kita bertemu.
Kalau bukan karena rencana-Nya tak mungkin kita saling mengenal.
Sungguh Allah Mahakuasa.
Dia bisa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin.
Benarlah ungkapan "rencana Allah memang indah".
Segala sesuatu amat mudah di tangan-Nya.

Ajaib, itu kata yang muncul dalam benakku jika mengingat pertemuan kita.
Kadang aku masih tercengang-cengang dan tak percaya.
"Apakah ini mimpi atau kenyataan?" tanyaku berulang-ulang.
Lalu, seketika muncul rasa takjub memenuhi hati.
Takjub atas kemahakuasaan-Nya dalam mempertemukan kita.
Bahkan, makin takjub ketika semua tahap berjalan tanpa hambatan.
Maka apalagi yang bisa kita lakukan selain mensyukuri karunia ini.

Hingga kini aku masih dibayangi kenangan setiap pertemuan kita.
Ada rona merah menghiasi wajah kala mengingatnya.
Ada selengkung senyum menghiasi bibir kala membayangkannya.

Dulu jauh sebelum bertemu denganmu, aku selalu mengajukan tanya "akan seperti apa pertemuan kita?".
Namun, pertanyaan itu tetap menjadi misteri yang menggantung tanpa pernah menemukan jawab.
Tapi kini aku telah menemukan jawabannya.
Pertemuan kita meski masih diwarnai grogi, kikuk, canggung, dan rasa deg-degan, tetap begitu bermakna.
Pertemuan kita lebih indah dari menatap pelangi di sore hari. 
Pertemuan kita lebih sejuk dari menatap butiran hujan yang berjatuhan ke bumi.
Pertemuan kita lebih riang dari menatap rembulan di malam pekat.
Pertemuan kita lebih damai dari mendengar kumandang azan.
Pertemuan kita lebih elok dari menatap aneka bunga warna-warni.
Pertemuan kita lebih bahagia dari menatap hamparan langit biru yang membentang.
Pertemuan kita lebih nyaman dari menatap kelap-kelip bintang di malam hari.
Pertemuan kita menghadirkan sejuta kesan mendalam yang takkan terlupakan sepanjang masa sisa usia.

Pun dengan hari ini, pertemuan kita tetap mengundang bahagia.
Saat harapan itu terucap, ada bahagia melingkupi diri kita.
Saat janji itu terlontar, ada damai yang mengisi sudut-sudut hati kita.
Kala permohonan itu tersampaikan, ada rasa nyaman yang menenangkan jiwa kita.
Kala doa itu terlantun, ada haru yang menyeruak.
Ada air mata dan tangis sukacita.
Ada senyum penuh gembira.
Kebahagiaan ini makin terasa utuh karena bukan hanya kita yang merasakannya.
Ada binar bahagia dalam mata orang-orang tersayang kita.
Ada senyum bahagia menghiasi wajah-wajah mereka.
Maka apalagi yang bisa kita lakukan selain selain mensyukuri anugerah ini.

Kita tak boleh letih memohon pada-Nya.
Kita tak boleh lelah meminta pada-Nya.
Semoga pertemuan kita selalu dinaungi berkah-Nya
Semoga bahagia ini tetap ada hingga nanti dan seterusnya.
Semoga Allah menakdirkan kita bersama selamanya.
Semoga niat suci kita diwujudkan oleh-Nya.
Amin Allahumma amin.

Bisikan dari Hati


Aku menyukainya," bisik gadis itu pada bintang gemintang. Saat itu ia tengah duduk-duduk santai di teras rumahnya sambil asyik menikmati hamparan langit yang berkelip-kelip penuh cahaya.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya sang bintang penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya sang bintang penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap sang bintang akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa sang bintang.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada rembulan. Saat itu ia tengah menatap langit kelam yang hanya diterangi cahaya bulan.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya rembulan penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya rembulan penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap rembulan akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa rembulan.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada air hujan. Saat itu ia tengah menatap butir-butir air hujan yang berjatuhan menimpa tanah pekarangan rumahnya.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya hujan penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya hujan penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap hujan akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa hujan.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada pelangi. Saat itu ia tengah menatap lengkungan pelangi yang muncul sore-sore sesaat setelah hujan.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya pelangi penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya pelangi penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap pelangi akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa pelangi.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada bunga-bunga yang cantik nan elok. Saat itu ia tengah berkeliling di taman bunga sambil bersenandung kecil.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya bunga-bunga penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya bunga-bunga penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap bunga-bunga akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa bunga-bunga.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada langit biru yang terhampar luas. Saat itu ia sedang dalam perjalanan dari rumah menuju kantor. Wajahnya menengadah untuk beberapa lama.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya langit penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya langit penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap langit akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa langit.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada awan putih yang berarak. Saat itu ia sedang dalam perjalanan dari rumah menuju kantor. Matanya lurus menatap awan hingga tak berkedip untuk beberapa saat.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya awan penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya awan penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap awan akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa awan.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada mentari pagi. Saat itu ia tengah menikmati udara pagi di teras rumahnya sambil menatap kemilau warna keemasan yang muncul di ufuk timur.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya mentari penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya mentari penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap mentari akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa mentari.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada senja yang menjingga. Saat itu ia tengah menikmati matahari tenggelam di depan rumahnya.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya senja penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya senja penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap senja akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa senja.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada gunung yang menjulang tinggi. Saat itu kakinya tengah melangkah ringan menaiki jalan menuju gunung.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya gunung penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya gunung penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap gunung akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa gunung.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada hamparan kebun teh yang tertata rapi. Saat itu iaberjalan-jalan di sekitar kebun teh.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya kebun teh penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya kebun teh penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap kebun teh akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa kebun teh.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada ilalang. Saat itu ia sedang duduk-duduk santai sambil menyantap makan siang di antara ilalang yang menjulang.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya ilalang penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya ilalang penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap ilalang akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa ilalang.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada rerumputan yang bergoyang-goyang. Saat itu ia tengah berjalan menikmati udara segar pegunungan.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya rumput penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya rumput penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap rumput akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa rumput.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada jajaran pohon-pohon tinggi. Saat itu ia sedang berjalan menikmati pemandangan alam pegunungan.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya pohon penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya pohon penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," ucap pohon akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa pohon.

"Aku menyukainya," bisik gadis itu pada kamarnya yang hening. Saat itu ia sedang berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan alunan nasyid dari HP-nya.
"Seperti kau menyukaiku?" tanya kamar penasaran.
"Lebih dari itu," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.
"Kau yakin dia akan membahagiakanmu?" tanya kamar penuh selidik.
"Aku sangat yakin," jawab gadis itu mantap.
"Tapi dia sering membuatmu menangis. Kulihat kau suka meneteskan air mata kala membaca pesan singkatnya di HP-mu?" cecar kamar.
"Aku menangis karena terharu membaca kata-katanya. Aku bisa merasakan kesungguhan dan ketulusannya," jawab gadis itu lirih.
"Kadang kau juga menangis saat ia meneleponmu?" tanya kamar ingin tahu.
"Itu karena lagi-lagi aku terharu atas perhatiannya," jawab gadis itu sambil menunduk.
"Kau bener-bener bahagia jika bersamanya?" tanya kamar tiada henti.
"Ya, aku bahagia. Dia membuatku nyaman," jawab gadis itu sambil mengangkat wajah manisnya.
"Iya sih, aku juga melihatnya di wajahmu. Dia telah berhasil melukis senyuman indah di wajahmu," ujar kamar.
"Kuharap kalian bersatu selamanya," lanjut kamar akhirnya.
Maka, semesta raya pun mengaminkan doa kamar.

Perlahan gadis itu pun menengadahkan wajahnya sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Kedua tangannya diangkat setinggi dada. Bibirnya berbisik lirih mengucapkan seuntai doa dengan penuh perasaan, "Aku menyukainya, ya Rabb... Tolong izinkan kami bersatu selamanya. Amin."

Dialog Dua Sisi Hati


"Lihat, udah jam 21.45!" ujar sisi hatiku.
"Iya tahu," jawab sisi hatiku yang lain.
"Nah, kalo tahu, kenapa nggak tidur?"
"Iya, ntar jam sepuluh mau tidur kok."
"Sekarang aja, ayo!"
"Iya, ntar."
"Sekarang aja. Besok kan harus berangkat pagi-pagi."
"Iya."
"Itu juga, tv dinyalain tapi nggak ditonton."
"Biarin, kan biar ada suara-suara, jadi nggak terlalu sepi."
 "Makanya cepetan habisin minumannya."
"Iya. Nih mau kuminum."
"Ayo, sekarang tidur!"
"Iya."
"Iya iya, tapi kenapa masih duduk aja?"
"Bentaaaaaaaaaaar lagi. Belum ngantuk."
"Belum ngantuk gimana, tuh mata udah 5 watt gitu?"
"Iya bentar."
....
"Udahlah, mendingan tidur daripada melamun."
 "Eh, ..."
"Ayolah, hentikan pikiranmu. Jangan berpikir berlebihan."
"Tapi.... Tapi...."
"Stop! Tak perlu merisaukan hal yang belum terjadi, apalagi hanya akan membuatmu sedih begitu."
"Hmm..."
"Loh, kok malah nangis?"
"...."
"Udahlah, jangan sedih. Tak ada yang perlu ditangisi."
"Tapi aku takut tidak sanggup menjalaninya."
"Tak perlu takut. Semuanya akan baik-baik saja."
"Benarkah?"
"Pasti. Pasrahkan semua pada-Nya."
"Gimana jika aku bener-bener nggak sanggup."
"Mintalah kekuatan pada-Nya."
"Hmm, baiklah."
"Nah, gitu dong. Tidurlah, pejamkan matamu. Buang semua kecemasan-kecemasan yang tak perlu."
...

"Kok udah bangun lagi. Lihat baru jam 01.40."
"Ga tau nih, tiba-tiba aja bangun."
"Tidur lagi aja, ntar bangun lagi jam 03.30."
"Iya, akan kucoba."
...

"Loh, kok malah bengong."
"Eh..."
"Kenapa nangis lagi?"
"...."
"Jangan terlalu bersedih untuk sesuatu yang belum terjadi."
"Tapi aku tak bisa menghentikan air mataku."
"Makanya jangan dibayangkan sedih. Yakinlah, kau bisa melewatinya. Kan hanya sementara."
"Tapi itu terlalu lama."
"Ah, ntar juga nggak akan kerasa kalo udah dijalani."
"Begitukah?"
"Ingatlah, setiap pilihan ada risikonya. Kau sudah memutuskan pilihanmu, maka terimalah risikonya."
"Tapi ini terlalu berat."
"Itu hanya perkiraanmu. Kau belum coba menjalaninya."
"Kayaknya nasibku amat malang ya?"
"Ah, tidak! Kau terlalu berlebihan. Malah kau amat beruntung karena dikaruniai anugerah ini."
"Iya sih."
"Jangan bersedih lagi. Tersenyumlah. Bersyukurlah atas limpahan nikmat-Nya. Bersabarlah atas semua ujian-Nya. Ikhlaskanlah. Tatap hari esok dengan penuh percaya diri."
"Hmm, okelah."
"Sekarang saatnya bermunajat pada-Nya. Bersimpuhlah di hadap-Nya. Mintalah petunjuk terbaik-Nya."
"Sip, oke oke."

tentang sebuah rasa


Tuhan...
Engkaulah yang menganugerahkan sebuah rasa
dalam hati siapa pun
Jika Kau berkehendak
semua akan terjadi dengan kuasa-Mu
Tak ada yang bisa mencegahnya
Tak ada yang sanggup menolaknya

Tuhan...
Kini secara perlahan
Ada rasa yang menyusup indah
memenuhi sukmaku, mengisi sudut hatiku
Rasa yang mengguncang hatiku
hingga membuatku sesak

Tuhan...
Rasa ini sungguh membuatku melayang
terbang menembus awan
Seolah ada bintang dalam benakku
Seolah ada pelangi dalam anganku
Seolah ada bunga dalam hatiku
Seolah ada senandung dalam mimpiku

Tuhan...
Aku tak ingin dibuai angan-angan semu
Aku tak ingin melukai-Mu
Maka, tuntun hatiku yang lemah ini
Jangan biarkan ia berbelok dari jalan-Mu
Jangan biarkan ia lalai dari-Mu

Tuhan...
Rasa ini
Bolehkah aku pelihara?
Bolehkah aku menyimpannya dalam hati
hingga tiba masanya dituai?

Tuhan...
Kau yang membolak-balikkan hati seseorang
Tetapkan hatiku pada-Mu
Genggam erat hatiku dan hatinya
biar hati kami selalu tertuju pada-Mu
Terangi hati kami dengan cahaya cinta-Mu
biar cinta kami erat dalam rengkuhan-Mu

Amin Allahumma amin

Mencicipi Hidangan Warung Jogja


Yup, tempat makan yang satu ini dinamakan "Warung Jogja". Tapi jika Anda berpikir warung ini ada di daerah Yogyakarta, Anda salah besar (hehe). Warung Jogja ada di sekitar kawasan Jalan Malabar, Bogor. Tempatnya memang tak terlalu besar, tapi cukup nyaman untuk dijadikan tempat kumpul-kumpul sambil makan. Menu yang tersedia cukup beragam dan harganya murah meriah. Maklum kawasan Malabar memang tempat nongkrongnya anak-anak kuliah, jadi wajar kalau harga yang dipatok adalah harga mahasiswa.

Hari itu, ahad siang di bulan September (beberapa minggu lalu), saya dan beberapa teman ceritanya mengadakan reuni kecil-kecilan. Setelah merenung dan menimbang-nimbang, terpilihlah Warung Jogja sebagai tempat mangkal kami hari itu.


Ini dia menu yang kami pesan. Bocoran harga nih, mie godog Rp10.000,00, ayam bakar+nasi putih Rp10.000,00, es jeruk Rp4.000,00, dan udang+cumi goreng @Rp5.000,00. Selain menu-menu tersebut, sebenarnya ada menu andalan di sana, yaitu bebek rica-rica. Wuih, pedasnya mantap (kata temen sih, saya belum pernah mencicipinya karena lagi nggak berani makan yang pedas-pedas, haha gaya :D). Saat makan di sana, yang paling menggembirakan buat saya adalah dikasih lalapan seabreg-abreg :D.


Sekian info singkat tentang Warung Jogja. Jika Anda termasuk warga Bogor dan berminat mencicipi menu di sana, segeralah mampir.

Doaku

Ya Rabb..,
Aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu.

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya.
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.
Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas.
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah.
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya.

Ya Rabb..,
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu.
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Ya Rabb..,
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga,
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku,
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu,
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya.
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi.
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat
membuat hidupku menjadi sempurna.”

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan.

Amin


Sumber: cintaukhti.blogspot.com

Referensi Lainnya: http://kembanganggrek2.blogspot.com/

kutitipkan pada-Mu


Semalam aku tidak bisa tidur. Hanya bisa memejamkan mata satu jam. Akhirnya, hari ini aku sakit. Kepala rasanya berat seolah ada beban yang menindih batok kepalaku. Mataku amat bengkak, sungguh mengerikan melihatnya. Tubuh lemas tak berdaya hingga tak bisa berdiri tegak, berjalan sempoyongan, dan duduk pun tak kuat. 

Sejak tadi hanya sanggup berbaring, namun sulit terpejam. Pikiranku mengembara kemana-mana, melayang tak tentu arah, hingga secara tak sadar dirimu singgah dalam benakku. Cepat-cepat kuusir jauh, namun tak mudah. Aku terperangkap oleh bayanganmu. Jika saja boleh, aku ingin memintamu datang menemuiku secepatnya. Jika saja boleh, aku ingin memintamu agar menemaniku. Jika saja boleh, aku ingin memintamu agar menjagaku. Jika saja boleh, aku ingin memintamu menghiburku agar aku melupakan rasa sakit ini. 

Tapi, aku tak punya alasan untuk memintamu begitu. Aku tak berhak memintamu seperti itu. Saat ini kau bukanlah orang yang bisa sebebasnya berada di sisiku. Masih ada batas pemisah di antara kita. Lalu, aku pun membuang jauh-jauh keinginan konyol itu. Perlahan keinginan itu memudar seiring berjalannya hari. Namun, tiba-tiba kau menghubungiku dan aku tak bisa menyembunyikan keadaanku darimu. Katamu, kau bisa merasakan kesakitanku. Oh Tuhan, benarkah kami memiliki ikatan batin?

Selanjutnya beberapa kali kau menghubungiku, menasihatiku ini itu, memintaku meminum obat ini itu, mengecek keadaanku setiap waktu. Ada nada cemas dalam kalimat-kalimatmu. Ada nada khawatir dalam suaramu. Tuhan, kau sungguh mengetahui hatiku, perhatiannya sedikit banyak meringankan deritaku. Tuhan, kuharap Engkau memaafkan kami jika interaksi ini agak berlebihan.

Tuhan, aku hanyalah hamba yang lemah tak berdaya. Berikan kekuatan dan ketabahan agar aku sanggup menerima segala ujian-Mu. Tuhan, kutitipkan rasa ini pada-Mu. Kutitipkan semua perasaanku untuknya pada-Mu. Tuhan, jagalah hatiku dan hatinya dengan penjagaan-Mu yang sempurna. 

Terima kasih Tuhan, terima kasih telah menghadirkan dia dalam hidupku. Terima kasih telah mempertemukan kami di jalan-Mu. Semoga kami segera Kau persatukan dengan ikatan suci yang diridhai-Mu biar kami bisa saling menyayangi tanpa batas, biar kami bisa saling menguatkan agar tetap istiqomah di jalan-Mu. Allahumma amin.

Sebentuk Senyum Untukmu


Gadis itu sedang bergembira. Sejak tadi ia senyum-senyum sendiri. Diraihnya diary yang tersimpan di rak buku, kemudian ia menuliskan sesuatu. Masih dengan tersenyum-senyum, ia memenuhi lembar putih itu dengan tulisan tangannya yang rapi dan indah. Wajahnya nampak serius. Pikirannya benar-benar larut dan hanyut dengan dunianya sendiri. Begini kira-kira isi tulisannya.
 
Untukmu
yang jauh di ujung sana di belahan bumi-Nya...


Asalamualaikum,

Apa kabarmu hari ini? Kuharap di sana kau baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Amin. Aku pun alhamdulillah baik. Hmm... sebenarnya aku sedang berusaha merasa baik. Entahlah, ada berbagai rasa berdesakan dalam hati. Ada berbagai pikiran berkecamuk dalam benak. Biasalah, aku memang terlalu perasa dan pemikir. Hal sepele pun kadang dipikirkan. Jadi, tak perlu kau cemaskan ("Yee... siapa juga yang merasa cemas?" mungkin itu tanggapanmu, heee...).

Sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu. Aku hanya ingin sedikit bercerita. Tahukah kau, semalam suaramu hadir dalam mimpiku? Hanya suara. Wajahmu tak terlihat jelas. Ah, pasti kau tak tahu :D. Uhuk uhuk... kedengerannya lebay banget ya? (hehe). Begitulah.... Suaramu seolah terdengar nyata di telingaku sampai-sampai saat terbangun aku terbengong-bengong sendiri.

"Aku rindu senyummu," begitu ucapmu sungguh-sungguh. Hmm... aku terus berpikir. Merenung dan menimbang-nimbang. Mencoba menafsirkan maksudnya. Tuh kan, aku selalu begitu. Memikirkan yang tidak penting, padahal itu cuma mimpi. Tapi, gara-gara itulah aku jadi sedikit memikirkanmu :D. Padahal, aku berusaha mati-matian untuk tidak mengingatmu. Bukan apa-apa. Aku hanya tak ingin menduakan atau membuat-Nya cemburu :). Lagian, bukankah belum sepantasnya aku memikirkanmu? Belum halal bukan? :)

Tahukah kau, hal konyol apa yang kulakukan begitu bangun dari tempat tidur? Pasti kau juga tak tahu :D. Aku mendekati cermin dan menggerakkan bibir. Ya, aku tersenyum. Tersenyum manis pada diri sendiri sambil memandangi wajah kusutku di cermin. Hah, konyol banget kan? :D.

Kemudian, aku mengangguk-anggukkan kepala. Ya, aku harus selalu tersenyum. Serumit apa pun masalah yang kuhadapi, sepahit apa pun kenyataan yang kualami, segetir apa pun nasib yang kujalani, aku tak boleh lupa untuk tersenyum. Setidaknya senyuman akan meringankan beban yang kupikul. Bukankah dengan senyuman suasana yang kaku bisa berubah cair? Bukankah dengan senyuman pula kedua orang tak saling kenal bisa akrab? Ketika tersenyum, siapa pun akan terlihat menarik. Betul? Maka, aku berjanji pada diri sendiri, aku akan berusaha tersenyum dalam menerima apa pun ketentuan-Nya.

Harus kautahu, aku selalu menunggumu. Aku berharap kau secepatnya menjemputku dan mengajakku ke taman yang dirindui semua insan. Semoga Allah segera mempertemukan kita dalam ikatan suci nan indah. Semoga Allah menyatukan hati kita dengan cinta-Nya. Amin.

Dalam pengharapan ini kukirim sebentuk senyum untukmu. Baik-baiklah kau di ujung sana. Temui aku secepatnya dengan cara yang diridhai-Nya. Oke? :)

Kutulis dengan senyum ^_^
Wasalamualaikum.

Setelah selesai menulis, ia bingung sendiri. "Harus aku kirim kemana surat ini? Tak ada alamat penerima, gimana pula ini?" tanyanya lirih ditujukan kepada dirinya sendiri. Tapi, segera diusir rasa bingung yang menggantung di sudut hatinya. "Ah... aku simpen aja dulu. Kalo ketemu dia, nanti akan kuberikan."

Ayah, Ibu, Izinkan Aku....


Malam ini aku mencoba menulis surat kepada ayah dan ibu. Surat yang kutulis atas rasa hormat dan baktiku kepada kalian. Kurangkai kata demi kata atas nama seorang anak yang mencintai ayah dan ibu, serta atas nama kasih sayang tak bersyarat yang telah ayah dan ibu berikan kepadaku. Biarlah surat ini menjadi  awalan bagiku untuk mengungkapkan niat yang telah lama tersimpan. 

Teruntuk ayah dan ibuku tercinta,

Allah telah menganugerahkan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga melalui diri ayah dan ibu. Selama ini hidupku terasa indah atas hadirnya kalian dalam kehidupanku. Sungguh banyak sekali warna penuh cinta yang terlukis dalam hari-hariku bersama ayah dan ibu. Hari demi hari telah berlalu tak akan ada yang sanggup kulakukan untuk membalas jasa dan pengorbanan kalian berdua. Hanya sikap dan baktiku dan doa yang bisa kulantunkan agar Allah membalas segala yang telah diberikan ayah dan ibu kepadaku dengan balasan yang jauh lebih indah.

Ayah dan ibu tercinta, kini Allah telah menganugerahkan kepadaku perasaan cinta kepada seseorang yang kini telah hadir mengisi hari-hariku. Andai ayah dan Ibu tahu, perasaan ini sama seperti rasa cinta Fatimah kepada Ali, cinta Zulaikha kepada Yusuf, Aisha kepada Fahri, dan perasaan cinta ibu kepada ayah.

Allah telah menganugerahiku seseorang yang mungkin adalah jawaban dari  ayah dan ibu ketika ayah dan ibu berdoa agar aku bisa mendapatkan seseorang yang baik, maka dia adalah seseorang yang sangat baik. Dia mencintai dan menyayangiku dengan tulus. Dia mengerti dan menerimaku apa adanya yang tercermin seperti tulusnya kesabaran ayah kepada ibu hingga perlahan Allah telah merajut tali kasih sayang di antara kami untuk saling mencintai.

Dari beberapa sifat yang melekat padanya mungkin ada keseriusan yang muncul dalam benak ayah dan ibu nanti aku kurang cocok dengan dirinya atau mungkin juga ayah dan ibu telah memiliki kriteria tersendiri tentang seperti apa seseorang yang akan menjadi pendampingku nanti.

Sungguh ayah dan ibu tak perlu khawatir, karena dia adalah sosok yang baik, keshalihan terpancar dengan begitu indah dari dalam dirinya.

=================

Wahai ayah dan ibu tercinta, jika harta yang diharapkan maka tidak akan ada harta berlimpah yang dapat dia persembahkan ketika ijab qabul. Jika keturunan mulia yang diharapkan, dia pun berkata bahwa dia adalah seseorang yang biasa dan berasal dari keluarga yang biasa pula.

Namun adakah ibu dan ayah melihat bahwa ketakwaan yang dimilikinya adalah lebih dari segalanya. Ingatlah ketika Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seorang sahabat, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku menikahkan dia?" Lalu Ali r.a. pun menjawab, "Nikahkanlah dia dengan laki-laki bertakwa kepada Allah sebab jika laki-laki  itu mencintainya, maka dia akan memuliakannya dan jika ia tidak menyukainya, maka dia tidak akan menzaliminya."

Ayah dan ibu seperti itulah yang telah diajarkan kepada kita. Ketika dia memiliki pemahaman agama yang bagus, tentu dia tidak akan berbuat zalim kepada keluarganya. Ketika sedang marah, dia tidak mendiamkan diriku tanpa sebab. Dia pun tidak akan menjadi fitnah bagi istri dan keluarganya dengan membawa sesuatu yang munkar ke dalam rumah, namun dia akan berbuat seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw., "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik kalian terhadap keluargaku." (H.R. Ibnu majah). Mendengar hal ini , menambah keyakinanku bahwa dia dapat membuatku bahagia dengan ketakwaan yang dimilikinya.

========================

Ayah dan ibu tercinta, sungguh kami saling mencintai karena Allah. Semoga hanya karena Allah cinta kami bukan berdasarkan harta maupun kedudukan. Karena dengan harta  yang berlimpah dan kedudukan yang tinggi, kami akan terjatuh kedalam jurang kenistaan. Cinta kami pun bukan berdasarkan keelokan paras dan keindahan duniawi. Karena semua itu akan memperosokkan kami ketika dibuai oleh banyaknya pujian.

Ayah dan ibu tercinta, mungkin niat ini terlihat terburu-buru. Namun, sungguh semua ini telah menumbuhkan kesungguhan dalam hati. Kami tidak terburu-buru, kami hanya menyegerakan agar hubungan kami berjalan tidak terlalu jauh. Kami takut jika hubungan kami berjalan terus seperti ini dalam waktu yang lama, kami akan hanyut dalam perasan. Kami takut jika hubungan kami nanti justru mengantarkan kami ke dalam lembah kemaksiatan. Sungguh, kami takut akan dosa-dosa yang akan kami dapat jika itu terjadi.

Karena itulah, ayah, ibu, izinkanlah kami mengokohkan hubungan kami dalam ikatan yang suci dan halal agar perasaan kami dapat terus tumbuh dan hidup di bawah ridha dan lindungan-Nya.

Ayah dan ibu tercinta, jika Allah mengizinkan dengan waktu yang Dia berikan, izinkanlah aku menikah dengannya. Seseorang yang sungguh-sungguh kucintai, seseorang yang telah memenjarakan hati dan perasaanku. Allah telah merajutkan benang kasih di antara kami berdua.

Ayah dan ibu tercinta, aku mohon izinkanlah aku untuk meraih kebahagiaan itu. Sebuah kebahagiaan yang telah didapat ayah dan ibu melalui pernikahan yang suci. Izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan bersamanya dalam ikatan yang halal dan diridhai-Nya. Izinkan aku untuk hidup bersamanya dan mengisi hari-hari bersama seperti yang telah dilalui oleh ayah dan ibu. Izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan yang bercampur kecemasan ketika menanti buah hati kami seperti yang dirasakan ayah dan ibu ketika menantikan kelahiranku dulu.

Ayah dan ibu tercinta, maafkanlah aku karena mungkin selama ini belum menjadi anak yang baik untuk ayah dan ibu. Masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan yang selama ini telah kulakukan kepada ayah dan ibu. Masih ada banyak harapan dan mimpi ayah dan ibu yang belum mampu kuwujudkan. Namun, ayah dan ibu tak perlu khawatir, dengan pernikahan ini tak berarti aku melupakan mimpi dan harapan ayah dan ibu terhadapku.

Meskipun telah menikah nanti, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap mewujudkan mimpi dan harapan ayah dan ibu. Aku akan terus berbakti kepada ayah dan ibu. Aku pun akan membimbingnya agar turut membahagiakan orang tua kelak. Kami pun akan mendidik anak-anak kami agar mereka juga berbakti kepada ayah dan ibu. Kami akan menanamkan kepada mereka bahwa ayah dan ibu adalah orang tua yang sangat berjasa dalam kebahagiaan keluarga kami. Karena dengan izin dan ridha ayah dan ibu, kami bisa mantap dalam melangkah. Dengan lantunan doa ayah dan ibu, kami akhirnya dapat mendapatkan kebahagiaan yang ingin kami capai.


Sumber: (¯`*•.¸♥ surat cinta sang kekasih ♥¸.•*´¯)

Referensi Lainnya: http://kembanganggrek2.blogspot.com/

memilih yang terbaik


"Hidup adalah pilihan," ucap seorang teman dengan yakin.

Kalimat singkat tersebut menurut penafsiran saya adalah bahwa dalam menjalani kehidupan, kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan. Setiap hari tanpa henti kita harus memilih. Mau makan milih, mau minum milih, mau mandi milih, mau pergi milih, mau kerja milih, mau nikah milih, mau punya rumah milih, mau beli kendaraan milih, mau punya pemimpin milih, mau beli pakaian milih, mau rekreasi milih, mau sekolah dan kuliah juga milih. Pokoknya mau apa pun dan melakukan apa pun harus milih. Hidup memilih! (hehe).

Ya, pilihan ada di depan mata dan kita dituntut untuk segera memutuskannya. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali, kita akan membuat beragam pilihan, mulai dari hal-hal remeh temeh (baca: hal kecil atau sederhana) sampai hal-hal besar yang menentukan arah masa depan kita.

Contoh kecil, saat terbangun di pagi hari, kita akan di hadapan pada pilihan:
a. langsung bangun, kemudian melaksanakan shalat malam;
b. tarik selimut, kemudian kembali melanjutkan tidur;
c. bengong tidak jelas;
d. mengaktifkan komputer, lalu online di fesbuk, ym, mp, atau twitter;
e. memainkan hp;
f. dll.

Nah, dari kegiatan bangun tidur aja sudah memunculkan sederet pilihan. Bagaimana dengan kegiatan atau hal-hal lain? Wah, pasti akan banyak juga pilihan yang menunggu diputuskan. Begitu banyak bukan alternatif kegiatan atau hal-hal yang bisa kita pilih? Kita akan terus dilanda kebingungan jika belum memutuskannya. Lalu pilihan manakah yang harus diambil? 

Hmm, yang pasti kita harus senantiasa berpikir sebelum bertindak. Jangan bertindak kemudian berpikir. Berpikir sebelum bertindak akan memungkinkan kita untuk menelaah pilihan mana yang paling baik. Tapi, bukan berarti karena harus berpikir dulu akhirnya kita lama dalam mengambil tindakan. Itu sih bisa mengacaukan semua hal. Makanya, kita harus terampil berpikir secara cepat, tepat, dan efektif. 

Nah, supaya pilihan kita lebih condong pada kebaikan, kita harus rajin-rajin mengkaji ilmu-Nya biar tahu mana pilihan yang mendatangkan ridha-Nya dan mana pilihan yang hanya berupa kesia-siaan belaka. Dengan mendalami sedikit saja tentang ilmu-Nya, kemudian kita ingin mengamalkannya, pasti nanti kita makin gemar berbuat baik untuk amal akhirat. Percaya deh, dengan berpedoman pada ketetapan-Nya, hidup kita akan lebih bahagia dan berwarna. 

Yuk, mari kita berharap semoga Allah selalu menuntun hati kita agar tetap berjalan di rel kebaikan sehingga kita cenderung memilih hal-hal yang baik. Semoga Allah meneguhkan hati kita agar senantiasa taat dan patuh pada-Nya. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan karunia-Nya agar kita tetap istiqomah di jalan-Nya. Allahumma amin.

Bagaimana Mendidik Anak?


 Jika anak hidup dengan kritikan, ia akan belajar untuk mengutuk.
Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan.
Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan belajar untuk menjadi pemalu.
Jika anak hidup dengan dipermalukan, ia akan belajar merasa bersalah.
Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar bersabar.
Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri.
Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai.
Jika anak hidup dengan tindakan yang jujur, ia akan belajar tentang keadilan.
Jika anak hidup dengan rasa aman, ia akan belajar untuk mempercayai.
Jika anak hidup dengan persetujuan, ia akan belajar untuk menghargai dirinya.
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi ini.

"Didiklah anak-anakmu karena mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan masamu"
(Dari Ali Bin Abi Thalib, Karomallahu Wajaha)

Alasan Mencinta


Apakah mencintai seseorang perlu alasan?

Ya atau tidak? 

Hmm, sebelum memberikan jawaban dari pertanyaan sederhana namun lumayan rumit di atas, mari kita berpikir sejenak (halah... :D). Untuk membantu menemukan jawabannya, mari kita baca beberapa kutipan berikut.

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya:
“Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka? Rasulullah saw. menjawab: Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat di antara mereka, serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita.” (H.R. Abu Daud)

Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya."

Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)

“Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman: “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku di hari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku.” (H.R. Muslim)

“Allah swt berfirman, “pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku.” (Hadits Qudsi)

“Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata,
“Kau mau kemana ?”
Ia menjawab, “Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini”
Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu ?”
Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT”
Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya.” (H.R. Muslim)

"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari-Muslim)

Hadist riwayat Al-Bazaar dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr, ia berkata: Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, 'Aku juga mencintaimu karena Allah'. Maka, keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah.”

Selain kutipan hadits-hadits di atas, ada juga kutipan menarik berikut.

Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk. (Tere-Liye, MMSPH 6: "Bila Semua Wanita Cantik")

Sekarang, kita bisa menjawab pertanyaan di atas bukan?
Ya mencintai perlu alasan.

Ya Robb, 
jika mencintai memerlukan alasan, 
aku ingin mencintainya karena-Mu. 
hanya karena-Mu.
tak perlu karena alasan lain-lain.
sebab Engkaulah alasan terindah atas semua hal.
sebab Engkaulah alasan yang sejati.
sebab Engkaulah alasan yang hakiki.
dengan menyandarkan diri pada-Mu,
kuharap...
cintaku menuai berkah-Mu,
cintaku memeroleh ridho-Mu.
amin.
Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy