RSS
Tampilkan postingan dengan label kutipan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kutipan. Tampilkan semua postingan

Bagaimana Mendidik Anak?


 Jika anak hidup dengan kritikan, ia akan belajar untuk mengutuk.
Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan.
Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan belajar untuk menjadi pemalu.
Jika anak hidup dengan dipermalukan, ia akan belajar merasa bersalah.
Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar bersabar.
Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri.
Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai.
Jika anak hidup dengan tindakan yang jujur, ia akan belajar tentang keadilan.
Jika anak hidup dengan rasa aman, ia akan belajar untuk mempercayai.
Jika anak hidup dengan persetujuan, ia akan belajar untuk menghargai dirinya.
Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi ini.

"Didiklah anak-anakmu karena mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan masamu"
(Dari Ali Bin Abi Thalib, Karomallahu Wajaha)

Alasan Mencinta


Apakah mencintai seseorang perlu alasan?

Ya atau tidak? 

Hmm, sebelum memberikan jawaban dari pertanyaan sederhana namun lumayan rumit di atas, mari kita berpikir sejenak (halah... :D). Untuk membantu menemukan jawabannya, mari kita baca beberapa kutipan berikut.

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya:
“Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka? Rasulullah saw. menjawab: Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat di antara mereka, serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita.” (H.R. Abu Daud)

Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya."

Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)

“Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman: “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku di hari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku.” (H.R. Muslim)

“Allah swt berfirman, “pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku.” (Hadits Qudsi)

“Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata,
“Kau mau kemana ?”
Ia menjawab, “Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini”
Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu ?”
Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT”
Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya.” (H.R. Muslim)

"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari-Muslim)

Hadist riwayat Al-Bazaar dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr, ia berkata: Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, 'Aku juga mencintaimu karena Allah'. Maka, keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah.”

Selain kutipan hadits-hadits di atas, ada juga kutipan menarik berikut.

Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk. (Tere-Liye, MMSPH 6: "Bila Semua Wanita Cantik")

Sekarang, kita bisa menjawab pertanyaan di atas bukan?
Ya mencintai perlu alasan.

Ya Robb, 
jika mencintai memerlukan alasan, 
aku ingin mencintainya karena-Mu. 
hanya karena-Mu.
tak perlu karena alasan lain-lain.
sebab Engkaulah alasan terindah atas semua hal.
sebab Engkaulah alasan yang sejati.
sebab Engkaulah alasan yang hakiki.
dengan menyandarkan diri pada-Mu,
kuharap...
cintaku menuai berkah-Mu,
cintaku memeroleh ridho-Mu.
amin.

Insya Allah, Ada Jalan


Kemarin, saat ini, dan tampaknya beberapa hari ke depan, saya telah tergila-gila dengan lagu "Insya Allah" yang disenandungkan Maher Zain feat Fadly. Liriknya sederhana, namun penuh makna. Easy listening pula. Musiknya slow dan enak didengar. Ditambah suara mereka yang amat merdu. Wajar rasanya kalo akhirnya saya keranjingan mendengarkan alunan lagu tersebut. Sehari ini lebih dari sepuluh kali lagu tersebut memenuhi gendang telinga saya. Yuk, kita dengarkan suara emas mereka berdua! :)


ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu

reff:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan

every time you commit one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame
but don’t despair and never lose hope
'cause Allah is always by your side

reff2:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan

turn to Allah He’s never far away
put your trust in Him, raise your hands and pray

oh Ya Allah tuntun langkahku di jalan-Mu
hanya Engkaulah pelitaku
tuntun aku di jalan-Mu selamanya

reff3:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Istimewanya Menuntut Ilmu


"Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)

Sabda Rasullullah terngiang-ngiang dalam benak.
Memacu dan mengobarkan semangat diri.
Maka, pagi ini aku bergegas.
Mengusir kantuk yang menggelayut,
mengabaikan kasur empuk, 
mengacuhkan selimut tebal, 
melawan angin dingin, 
menempuh jarak ratusan kilo, 
melintasi waktu, 
menerobos kabut pagi, 
Berjalan menuju tempat yang dimuliakan dan dihadiri malaikat-Nya.
Demi sebuah pertemuan penting,
demi merajut ukhuwah,
demi menjemput ilmu-Nya,
aku pergi dari rumah.

Terbayang dalam angan akan sulitnya perjuangan para sahabat.
Dulu mereka berjalan dalam gelap, mengendap-endap, menghindari incaran musuh hanya demi mendapat ilmu dari Rasulullah.
Kini dibanding mereka, jalan yang kulalui lebih mudah.
Aku pun bisa pergi dengan aman tanpa diintai musuh.

Dalam langkah aku memantapkan hati. 
Luruskan niat ini semata-mata karena-Mu ya Rabb...
Jangan sampai pengorbananku sia-sia belaka.
Semoga aku memeroleh ilmu bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Semoga amalan ini mendekatkanku pada-Mu.
Amin.

Kuncinya Harus Bersyukur


"Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar ...

Bersyukurlah untuk masa-masa sulit ...
Di masa itulah kamu tumbuh ...

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang ...

Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru ...
Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu ...

Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat ...
Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga ...

Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih ...
Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan ...

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik ...
Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut ...

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif ...
Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu ..."

Di tengah perasaan yang berkecamuk  ini, untaian kalimat di atas sangat membantu. Entahlah, siapa yang merangkainya. Aku menemukannya secara tak sengaja saat mencari-cari artikel motivasi. Saat membacanya aku tertegun. Mulutku kelu, tak bisa berucap apa-apa. Mataku kembali berkaca-kaca. Kalimat-kalimat itu begitu menohok alam kesadaranku. Lalu, mengalirkan energi optimisme dalam aliran darahku. Subhanallah… mungkinkah Engkau ingin menghiburku dengan menghadirkan kalimat-kalimat itu di hadapan mataku?

Allah... mungkin memang aku yang bersalah karena terlalu terbawa perasaan. Mungkin aku terlalu mendramatisasi keadaan. Ah, padahal aku sudah berjanji tak akan terusik dengan masa lalu. Bagaimanapun masa lalu hanyalah kenangan. Tak seharusnya aku terkungkung oleh kejadian masa lalu. Masa lalu hanya tempat becermin agar menjadi pribadi lebih yang baik di masa depan.

Hidup untuk masa kini dan masa depan, bukan masa lalu. Yang telah lalu biarlah berlalu, tak perlu diingat-ingat jika itu hanya membawa kesedihan. Begitu mudah kalimat tersebut kuucapkan, namun sangat sulit dijalankan. Sangat sulit mengendalikan hati dan pikiran. Engkau tahu ya Rabb, aku sedang berusaha mengubur hal-hal menyedihkan itu.

Allah… terima kasih atas pelajaran berharga ini. Sungguh ini lebih dari cukup untuk membuatku kembali bangkit dari keterpurukan. Aku akan berusaha tetap tegar semampuku.

bacalah, lalu tulislah...


Membaca dan menulis adalah bagian dari kehidupan saya sehari-hari. Membaca dan menulis dalam pengertian yang luas. Bukankah ketika kita sedang menunggu kereta, melihat lalu lalang pedagang asongan, itu juga bagian dari membaca (kehidupan). Bukankah ketika kita berada di atas pesawat dan asyik memandangi awan, itu juga bagian dari membaca (kebesaran Tuhan). Itu semua kemudian ditulis (pada kertas atau dalam hati). Ketika kita melihat seorang pengemis, misalnya, di sana kita membaca, ada sesuatu yang tak beres dari kehidupan bangsa ini. Kita membaca kehidupan di sekitar kita. Lalu, kita tulislah keprihatinan kita itu dalam hati dan pikiran kita, bagaimana kita berbuat sesuatu, betapa pun kecilnya.
(Maman S. Mahayana)

catatan:
Yupz, saya setuju dengan pernyataan Pak Maman :D. Membaca dan menulis tidak boleh dilepaskan dari kehidupan kita. Membaca bukan hanya menjadikan wawasan kita bertambah, pikiran kita pun akan terbuka. Bukankah berpikir awal mula kita bisa bertindak? Dengan membaca alam, kita pun akan makin mengenal ke-Mahakuasaan-Nya. Paling tidak, rasa syukur kita pada-Nya makin bertambah ketika melihat mereka yang kekurangan dan serba terbatas dan keimanan kita bertambah ketika menyaksikan kebesaran-Nya.

Menulis juga tak kalah pentingnya dengan membaca. Selain menyalurkan gagasan kita dalam bentuk tulisan, menulis akan melatih kita berpikir sistematis dan logis. Menulis termasuk sarana ampuh untuk mengawetkan ide, gagasan, pendapat, atau pandangan kita tentang sesuatu. Suatu hari tulisan kita akan menjadi harta karun yang berharga. 

Tengoklah para tokoh di negeri mana pun. Meski jasad mereka telah dikubur, nama mereka tetap harum karena tulisan-tulisan mereka tetap tersebar. Contoh paling dekat adalah Kartini yang disebut-sebut sebagai pelopor kebangkitan kaum perempuan di negeri ini. Jasad Kartini telah lama mati, tapi idenya tetap menyebar dan sosoknya tetap hidup di hati masyarakat negeri ini. Melalui tulisannya berupa kumpulan surat yang telah dibukukan, semua orang bisa membaca dan merenungi gagasan dan pendapatnya.

Kawan, kita harus membiasakan kebiasaan baik Pak Maman: membaca dan menulis. Btw, saya jadi teringat dengan ayat pertama yang diwahyukan Allah pada Rasulullah, yaitu "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan". Lihatlah, firman Allah yang pertama pun adalah perintah membaca. Lalu, ada sabda Rasulullah yang artinya "Sampaikanlah walau hanya satu ayat". Nah, selain melalui lisan, ilmu yang kita miliki juga bisa disampaikan kepada orang lain melalui tulisan.

Ya ya, bacalah... bacalah... bacalah... tulislah... tulislah... tulislah... buka mata... buka hati... buka pikiran... saatnya membiasakan membaca dan menulis (dalam pengertian luas). Siapa tahu tulisan kita itu bisa membuka pikiran orang? Siapa tahu tulisan kita bisa menginspirasi orang untuk berubah lebih baik? Kemungkinan begitu tetap ada kan?

Kasih Ibu Tak Terhingga


“Jangan pernah membenci Mamak kau, Eliana. Karena kalau kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya hanya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya pada kalian.”

“…. pernahkah kau memperhatikan, bukankah Mamak kau yang terakhir bergabung di meja makan? Bukankah Mamak kau orang terakhir yang menyendok sisa gulai atau sayur? Bukankah Mamak kau yang kehabisan makanan di piring? Bukankah Mamak kau yang terakhir kali tidur? Baru tidur setelah memastikan kalian semua telah tidur? Bukankah Mamak yang terakhir kali beranjak istirahat? Setelah kalian semua istirahat? Bukankah Mamak kau selalu yang terakhir dalam tiap urusan?”

“Dan Mamak kau juga yang selalu pertama dalam urusan lainnya. Dia yang pertama bangun. Dia yang pertama membereskan rumah. Dia yang pertama kali mencuci, mengelap, mengepel. Dia yang pertama kali ada saat kalian terluka, menangis, sakit. Dia yang pertama kali memastikan kalian baik-baik saja….”

(Eliana: 390, Tere-Liye)

Hiks… sedih baca dialog ini… Langsung banjir air mata. Tiba-tiba teringat ibuku. Teringat juga sabda Rasulullah yang mulia bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Oh, ibuuuuuuuuuuuuuuuuu…

Ibuku sayang, kau telah banyak berkorban demi anak-anakmu. Dengarlah, wahai ibu, kami akan berusaha menjadi anak yang bisa kau banggakan. Kami akan berupaya semampu dan sebisa kami. Tentu, itu akan terwujud dengan iringan doamu.

Ibu sayang, hanya kebahagiaanmu yang kami nantikan. Sungguh, senyummu adalah pelipur duka lara kami. Maafkan kami, anak-anakmu yang belum bisa membalas jasamu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu. Semoga Dia selalu melindungi dan menjagamu untuk kami. Amin.

Amalan Penolong Setelah Meninggal


Tuhan menciptakan lahir dan mati
siang dan malam, bulan dan bintang
berpasang-pasangan menyatukan hati

bersiaplah mengarungi perjalanan panjang
di mana segala tahta dan harta tak ada guna
kecuali, manfaat ilmu, anak saleh, dan menanam kebaikan

itulah ujung perjalanan panjang kita
berada di sisi-Nya
(The Journey, Gol A Gong)

Betul tuh kata Mas Gong :D. Setelah meninggal, amal kita memang terputus. Ada tiga amalan yang pahalanya akan senantiasa mengalir, apakah itu? Yuk, cermati juga hadits berikut! 

“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah,  ilmu yang bermanfaat sesudahnya, atau anak yang shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad)

Kalau begitu kita harus giat bersedekah, gemar mengamalkan ilmu yang bermanfaat, dan rajin mendoakan orang tua. Tentu, supaya doa kita sampai kepada mereka, kita harus menjadi anak yang salehah. Harus!  Kita harus bisa! Ya Allah, mudahkanlah langkah untuk mewujudkan niat ini.
Semoga nanti kita juga diberi amanah untuk mempunyai anak yang saleh n salehah. amin amin.

Jangan Lelah Berdoa


Alhamdulillah ya Robbi. Ini seperti menyusup lolos di lubang jarum. Ketika semua kemungkinan tidak ada lagi, rupanya Tuhan mendengar doaku. Solusi masalah dari Engkau selalu datang dari tempat yang tidak disangka-sangka dan pada waktu yang tidak pernah bisa dikira. Min Haitsu la yahtasib. Betapa Tuhan suka memberi surprise. Membuat aku sering terkaget-kaget.
(Ranah 3 Warna: 297)


catatan: Betul betul betul :D 
  • Allah Maha Mendengar setiap doa hamba-Nya. 
  • Kita tidak boleh lelah untuk meminta dan berdoa pada-Nya.
  • Begitu mudah bagi Allah untuk membahagiakan dan menghapus duka hamba-Nya.
  • Kita harus percaya bahwa keputusan-Nya adalah yang terbaik.
  • Setiap masalah pasti bisa diselesaikan asalkan kita mau berupaya mencari jalan keluar. Ketika Allah memberi masalah, Dia juga akan memberi jalan keluarnya.

Buang sikap putus asa!
Kembangkan sayap harapan!
SEMANGAT!!!
AZA AZA FIGHTING!!! :D

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy