RSS
Tampilkan postingan dengan label surat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label surat. Tampilkan semua postingan

Ayah, Ibu, Izinkan Aku....


Malam ini aku mencoba menulis surat kepada ayah dan ibu. Surat yang kutulis atas rasa hormat dan baktiku kepada kalian. Kurangkai kata demi kata atas nama seorang anak yang mencintai ayah dan ibu, serta atas nama kasih sayang tak bersyarat yang telah ayah dan ibu berikan kepadaku. Biarlah surat ini menjadi  awalan bagiku untuk mengungkapkan niat yang telah lama tersimpan. 

Teruntuk ayah dan ibuku tercinta,

Allah telah menganugerahkan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga melalui diri ayah dan ibu. Selama ini hidupku terasa indah atas hadirnya kalian dalam kehidupanku. Sungguh banyak sekali warna penuh cinta yang terlukis dalam hari-hariku bersama ayah dan ibu. Hari demi hari telah berlalu tak akan ada yang sanggup kulakukan untuk membalas jasa dan pengorbanan kalian berdua. Hanya sikap dan baktiku dan doa yang bisa kulantunkan agar Allah membalas segala yang telah diberikan ayah dan ibu kepadaku dengan balasan yang jauh lebih indah.

Ayah dan ibu tercinta, kini Allah telah menganugerahkan kepadaku perasaan cinta kepada seseorang yang kini telah hadir mengisi hari-hariku. Andai ayah dan Ibu tahu, perasaan ini sama seperti rasa cinta Fatimah kepada Ali, cinta Zulaikha kepada Yusuf, Aisha kepada Fahri, dan perasaan cinta ibu kepada ayah.

Allah telah menganugerahiku seseorang yang mungkin adalah jawaban dari  ayah dan ibu ketika ayah dan ibu berdoa agar aku bisa mendapatkan seseorang yang baik, maka dia adalah seseorang yang sangat baik. Dia mencintai dan menyayangiku dengan tulus. Dia mengerti dan menerimaku apa adanya yang tercermin seperti tulusnya kesabaran ayah kepada ibu hingga perlahan Allah telah merajut tali kasih sayang di antara kami untuk saling mencintai.

Dari beberapa sifat yang melekat padanya mungkin ada keseriusan yang muncul dalam benak ayah dan ibu nanti aku kurang cocok dengan dirinya atau mungkin juga ayah dan ibu telah memiliki kriteria tersendiri tentang seperti apa seseorang yang akan menjadi pendampingku nanti.

Sungguh ayah dan ibu tak perlu khawatir, karena dia adalah sosok yang baik, keshalihan terpancar dengan begitu indah dari dalam dirinya.

=================

Wahai ayah dan ibu tercinta, jika harta yang diharapkan maka tidak akan ada harta berlimpah yang dapat dia persembahkan ketika ijab qabul. Jika keturunan mulia yang diharapkan, dia pun berkata bahwa dia adalah seseorang yang biasa dan berasal dari keluarga yang biasa pula.

Namun adakah ibu dan ayah melihat bahwa ketakwaan yang dimilikinya adalah lebih dari segalanya. Ingatlah ketika Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seorang sahabat, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku menikahkan dia?" Lalu Ali r.a. pun menjawab, "Nikahkanlah dia dengan laki-laki bertakwa kepada Allah sebab jika laki-laki  itu mencintainya, maka dia akan memuliakannya dan jika ia tidak menyukainya, maka dia tidak akan menzaliminya."

Ayah dan ibu seperti itulah yang telah diajarkan kepada kita. Ketika dia memiliki pemahaman agama yang bagus, tentu dia tidak akan berbuat zalim kepada keluarganya. Ketika sedang marah, dia tidak mendiamkan diriku tanpa sebab. Dia pun tidak akan menjadi fitnah bagi istri dan keluarganya dengan membawa sesuatu yang munkar ke dalam rumah, namun dia akan berbuat seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw., "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik kalian terhadap keluargaku." (H.R. Ibnu majah). Mendengar hal ini , menambah keyakinanku bahwa dia dapat membuatku bahagia dengan ketakwaan yang dimilikinya.

========================

Ayah dan ibu tercinta, sungguh kami saling mencintai karena Allah. Semoga hanya karena Allah cinta kami bukan berdasarkan harta maupun kedudukan. Karena dengan harta  yang berlimpah dan kedudukan yang tinggi, kami akan terjatuh kedalam jurang kenistaan. Cinta kami pun bukan berdasarkan keelokan paras dan keindahan duniawi. Karena semua itu akan memperosokkan kami ketika dibuai oleh banyaknya pujian.

Ayah dan ibu tercinta, mungkin niat ini terlihat terburu-buru. Namun, sungguh semua ini telah menumbuhkan kesungguhan dalam hati. Kami tidak terburu-buru, kami hanya menyegerakan agar hubungan kami berjalan tidak terlalu jauh. Kami takut jika hubungan kami berjalan terus seperti ini dalam waktu yang lama, kami akan hanyut dalam perasan. Kami takut jika hubungan kami nanti justru mengantarkan kami ke dalam lembah kemaksiatan. Sungguh, kami takut akan dosa-dosa yang akan kami dapat jika itu terjadi.

Karena itulah, ayah, ibu, izinkanlah kami mengokohkan hubungan kami dalam ikatan yang suci dan halal agar perasaan kami dapat terus tumbuh dan hidup di bawah ridha dan lindungan-Nya.

Ayah dan ibu tercinta, jika Allah mengizinkan dengan waktu yang Dia berikan, izinkanlah aku menikah dengannya. Seseorang yang sungguh-sungguh kucintai, seseorang yang telah memenjarakan hati dan perasaanku. Allah telah merajutkan benang kasih di antara kami berdua.

Ayah dan ibu tercinta, aku mohon izinkanlah aku untuk meraih kebahagiaan itu. Sebuah kebahagiaan yang telah didapat ayah dan ibu melalui pernikahan yang suci. Izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan bersamanya dalam ikatan yang halal dan diridhai-Nya. Izinkan aku untuk hidup bersamanya dan mengisi hari-hari bersama seperti yang telah dilalui oleh ayah dan ibu. Izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan yang bercampur kecemasan ketika menanti buah hati kami seperti yang dirasakan ayah dan ibu ketika menantikan kelahiranku dulu.

Ayah dan ibu tercinta, maafkanlah aku karena mungkin selama ini belum menjadi anak yang baik untuk ayah dan ibu. Masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan yang selama ini telah kulakukan kepada ayah dan ibu. Masih ada banyak harapan dan mimpi ayah dan ibu yang belum mampu kuwujudkan. Namun, ayah dan ibu tak perlu khawatir, dengan pernikahan ini tak berarti aku melupakan mimpi dan harapan ayah dan ibu terhadapku.

Meskipun telah menikah nanti, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap mewujudkan mimpi dan harapan ayah dan ibu. Aku akan terus berbakti kepada ayah dan ibu. Aku pun akan membimbingnya agar turut membahagiakan orang tua kelak. Kami pun akan mendidik anak-anak kami agar mereka juga berbakti kepada ayah dan ibu. Kami akan menanamkan kepada mereka bahwa ayah dan ibu adalah orang tua yang sangat berjasa dalam kebahagiaan keluarga kami. Karena dengan izin dan ridha ayah dan ibu, kami bisa mantap dalam melangkah. Dengan lantunan doa ayah dan ibu, kami akhirnya dapat mendapatkan kebahagiaan yang ingin kami capai.


Sumber: (¯`*•.¸♥ surat cinta sang kekasih ♥¸.•*´¯)

Referensi Lainnya: http://kembanganggrek2.blogspot.com/

Apakah Kau Bisa Mengerti?


Wahai engkau yang akan menjadi pendamping sisa hidupku kelak, dengarlah pengakuanku dari dalam hati.

Aku tak memiliki kecantikan fisik yang sempurna. Wajahku tak secantik para seleb terkenal macam Dian Sastro, Zhang Ziyi, Song Hye Kyu, atau Breatney Spears yang sangat dipuja oleh dunia. Beginilah rupaku. Apakah kau bisa mengerti? Meski begitu, tentu saja kelak aku akan berusaha agar selalu tampil cantik di hadapanmu.

Aku bukanlah berasal dari golongan kaya. Tak ada harta yang bisa kubanggakan. Tak ada warisan yang dapat kuharapkan. Apakah kau bisa mengerti? Aku pernah mendengar sabda Rasulullah yang berbunyi, “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Abu Ya’la). Maka, aku akan berusaha memperkaya jiwa.

Aku bukan berasal dari kalangan bangsawan atau keturunan ningrat yang berdarah biru. Aku dilahirkan dari rahim wanita golongan rakyat biasa dan dibesarkan oleh keluarga sederhana. Apakah kau bisa mengerti? Meski begitu, aku tetap bangga menjadi putri ayah ibuku saat ini. Bagiku mereka adalah orang tua luar biasa. Aku sungguh beruntung diberi kesempatan menjadi putri mereka. Aku tak berkecil hati dengan latar belakang keluargaku karena sesungguhnya semua manusia di hadapan Tuhan sama. Tuhan tidak memandang manusia berdasarkan asal usul, warna kulit, suku, keturunan, kebangsaan, ras, atau golongan, tapi hanya memandang ketakwaan manusia.

Aku bukanlah wanita salihah sejati. Aku baru belajar menjadi wanita salihah. Sejujurnya aku belum layak disebut muslimah perhiasan dunia seperti para muslimah masa lalu yang rela menyerahkan hidupnya hanya untuk Allah dan agamanya. Apakah kau bisa mengerti? Tentu aku akan berusaha meningkatkan kualitas diri agar benar-benar menjadi wanita salihah yang memiliki tempat istimewa dalam pandangan-Nya. Kelak aku mengharapkan bimbingan dan tuntunanmu agar aku bisa meraih predikat istri salihah yang dirindukan surga.

Aku bukanlah jelmaan wanita dewasa seutuhnya. Terkadang sifat kekanak-kanakkan masih muncul dalam diriku. Apakah kau bisa mengerti? Maka kelak arahkan aku agar mampu bersikap dewasa dalam memandang persoalan hidup. Tapi kuharap kau tak keberatan bila kelak aku bermanja-manja padamu (hehe).

Aku suka membaca buku , koran, majalah, tabloid, dll. Lebih suka lagi membaca novel. Apakah kau bisa mengerti? Tentu bukan novel sembarangan, apalagi novel picisan. Jangan khawatir, aku cukup pandai dalam memilih bahan bacaan berkualitas. Kelak jika aku keasyikan baca sampai lupa memasak (mungkin saja terjadi), tolong ingatkan aku dengan halus. Sesungguhnya aku amat membenci kekerasan dan kekasaran, baik ucapan maupun tindakan.

Aku suka menulis. Apa pun hal yang berseliweran di benakku biasanya kuwujudkan dalam tulisan. Entah bagus atau tidak, tak jadi soal. Bagiku yang penting sudah menulis, sudah berusaha menyampaikan buah pikirku pada orang lain. Syukur-syukur bila ada yang baca. Tentu saja aku selalu berharap agar ada orang yang tercerahkan karena tulisanku. Apakah kau bisa mengerti? Kuharap kelak kau bisa menjadi komentator atas tulisan-tulisanku.

Aku suka menonton film dan drama. Paling suka nonton drama Korea (hehe). Apakah kau bisa mengerti? Ketika nonton, biasanya aku hanyut dalam cerita. Jangan khawatir, aku tak akan melalaikan tanggung jawabku mengurus keperluanmu. Tapi jika mungkin terjadi, tolong tegur aku.

Aku suka travelling dan mengunjungi tempat-tempat indah, seperti gunung, pantai, sawah, kebun, sungai, danau, taman, dll. Apakah kau bisa mengerti? Kuharap kelak aku bisa pergi denganmu. Kita akan berjalan-jalan sambil men-tadaburi ayat-ayat Tuhan melalui ciptaan-Nya.

Ketahuilah, aku tidaklah semulia Khadijah, tidak secantik Sarah, tidak pula setakwa Aisyah, juga tidak setabah Fathimah. Aku hanyalah wanita akhir zaman yang bercita-cita menjadi salihah, membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah, serta melahirkan anak-anak salih kebanggaan umat.

Pengakuan ini bukan untuk memaksamu agar dapat mengerti keadaanku. Aku hanya ingin menciptakan rasa pengertian dalam hubungan kita kelak. Kurasa selain kasih sayang, sikap saling pengertian dan saling peduli bisa mempertahankan sebuah hubungan. Kelak aku ingin hubungan kita langgeng. Aku ingin menjalani sisa hidupku di sampingmu dan kita akan menua bersama-sama hingga ajal memisahkan kita. Kemudian, kelak kita akan kembali dipersatukan di surga-Nya yang abadi. Allahumma amin.

surat untuk ayah tercinta


Dear ayah,

Ayah, mendengar namamu disebut, hatiku berdesir. 
Serta merta sosokmu muncul memenuhi benak. 
Terbayang jelas semua jasamu di pelupuk mata.
Terukir terang semua kebaikanmu dalam hati.

Ayah, mengingat semua salahku padamu, hatiku bergejolak.
Tiba-tiba mataku memanas.
Hatiku pedih tak berperi.
Aku merasa tak tahu diri hingga membiarkan engkau terluka.

Ayah, betapa ingin aku membahagiakanmu.
Aku selalu ingin melihatmu tersenyum.
Hatiku menciut jika menyaksikan wajah murammu.
Pikiranku kalut jika melihat tampang sedihmu.

Ayah, maafkan aku atas semua salah dan khilafku.
Maafkan semua kebodohan dan kelancanganku.
Maafkan aku karena belum bisa membahagiakanmu.
Maafkan aku karena belum bisa menjadi kebanggaanmu.

Ayah, kumohon jangan bersedih karena aku.
Kumohon jangan terlalu mengkhawatirkaku.
Tak apa jika aku harus bersedih asal engkau jangan.
Biarlah aku menanggung kesedihan ini sendirian.

Ayah, membahagiakanmu adalah salah satu impianku.
Aku akan selalu berupaya mewujudkannya dengan tanganku.
Aku akan berjuang sekuat tenaga untuk meraihnya.
Jadi ayah, izinkan aku membalas jasamu meski hanya secuil saja.

Ayah, terima kasih telah mendidik dan membesarkanku.
Terima kasih atas kebaikanmu selama ini.
Aku sangat bahagia karena telah terlahir sebagai putrimu.
Sungguh aku beruntung menjadi putrimu.

Ayah, semoga Allah selalu bersamamu, menjagamu, dan melindungimu.
Semoga Allah membalas semua kebaikanmu.
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan rejeki yang berkah padamu.
Semoga Allah meng-istiqomahkan engkau di jalan-Nya.
Semoga nanti kita bisa berkumpul kembali di jannah-Nya.
Amin.

Surat dari Sahabat pada Hari Wisuda


Wisuda? Hmm.. . bagiku hari yang bertabur kebahagiaan. Bahagia karena aku mampu menuntaskan amanah orang tua untuk menuntut ilmu di bangku kuliah. Bahagia karena perjuanganku selama empat tahun di kampus menemukan muaranya. Bahagia karen a salah satu mimpiku terwujud. Bahagia karena menyaksikan wajah ibu dan ayah menyunggingkan senyum atas keberhasilan putrinya ini. Bahagia karena aku memperoleh banyak ucapan selamat dari teman-teman. Berbagai sms memenuhi inbox. Beberapa tangkai bunga aku terima. Bermacam-macam kado aku dapatkan.

Di antara kado-kado kiriman itu, aku menerima sebuah surat ucapan selamat dari seorang sahabat. Dibandingkan dengan yang lain, surat ini termasuk surat terpanjang sepanjang dunia persurat-suratan di tanah air :D. Ada haru dan bahagia ketika membacanya. Nih isi suratnya (sssttt... jangan bilang-bilang ke si pengirim ya, takutnya nanti dia malu, hehehe...).

Bandung dulu
Baru Jakarta
Senyum dulu
Baru dibaca


Wahai ukhti… pemilik wajah seindah bulan, kuucapkan selamat atas prestasimu yang begitu gemilang. Engkau bisa lulus sidang skripsi dengan hasil yang terbaik.  Sungguh dirimu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga ilmu yang telah kau dapatkan berkah di dunia dan akhirat.


Wahai ukhti… pemilik senyum menawan, kudoakan selalu semoga Allah Yang Agung selalu merahmati dan memberkahi kehidupanmu di mana pun berada kelak dan semoga apa yang kau cita-citakan dapat terwujud dan berjalan dengan ridha-Nya. Amin.


Ukhtiku… yang baik hatinya, tidak terasa waktu cepat sekali berlalu. Meninggalkan kita dalam kenangan yang terindah. Rasanya baru kemarin kita melalui hari-hari nan indah, suka dan duka selama kita belajar di Unpak ini. Sungguh, waktu berjalan begitu cepat dan usia terus saja mengambil jatahnya.


Ukhtiku yang manis, satu hal yang begitu aku syukuri adalah aku bisa mengenal dan bersahabat denganmu. Menjalin persaudaraan karena Allah, karena ikatan akidah Islam yang menyatukan kita dalam sebuah persahabatan yang indah dan berkumpul di dalam barisan orang-orang yang saleh dan salihah, para pengemban risalah Islam yang mulia. Mereka adalah orang-orang yang beruntung dan semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang beruntung tersebut. Semoga Allah selalu memberkahi persahabatan dan persaudaraan kita sehingga kita bisa dikumpulkan kembali di surga-Nya kelak. Amin.


Ukhtiku… kuingat sebuah kisah ketika seorang putra raja hendak mencari seorang teman. Semua putra para pejabat kerajaan tidak ada satu pun yang sesuai dengan apa yang dikatakan ayahandanya. Sampai suatu saat, seorang teman sejati itu ada, yaitu berasal dari pemuda miskin yang saleh. Ayahnya tersenyum dan berkata, “Teman sejati adalah teman setia dalam suka dan duka. Teman baik yang akan membantu kita menjadi orang baik. Teman sejati yang mau berteman dengan kita bukan karena derajat kita, tapi karena kemurnian cinta itu sendiri yang terlahir dari keikhlasan hati. Dia mencintai kita karena Allah. Atas dasar itu, kita pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan karena Allah. Semoga kekuatan cinta itu akan melahirkan kekuatan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kebaikan cinta itu akan terus bersinar dan membawa kita masuk surga-Nya.”


Subhanallah… benarlah apa yang dikatakan oleh baginda sultan itu. Tak terasa aku menangis. Sungguh di zaman sekarang sangat sulit menemukan teman sejati, teman yang bisa kita ajak dalam suka dan duka. Sangat sulit menyatukan karakter, menyamakan visi misi, dan memahami sifat masing-masing. Terkadang kita tidak bersabar menghadapinya. Tapi, terkadang pula kita kurang peka menilai arti sebuah persahabatan.


Ukhtiku sayang, bagiku sahabat sejati adalah dirimu. Ya, dirimu adalah sahabat sejati yang kusayangi, yang kujadikan tempat mengadu, meminta nasihat, dan memohon bantuan. Dirimu salah satu sahabat yang bisa mengertiku, mau menerima keadaanku apa adanya, dan mau bersabar dalam memahami sifatku yang memang manja dan kurang bisa berdiri sendiri. Ya, aku sadar dengan hal itu. Aku memanglah gadis penakut dan benci dengan kesendirian. Aku selalu ingin ditemani. Mungkin sifatku ini banyak membuat repot dan terkadang membuat sebal orang lain. Hanya sedikit sekali teman yang benar-benar mau bersabar menghadapiku. Oleh karena itu, ya ukhtiku yang salihah, maafkanlah aku bila terlalu sering merepotkan dan menyusahkanmu. Maafkan aku juga bila sikapku, ucapanku, dan tingkah lakuku tak berkenan di hatimu. Maafkanlah kau dunia dan akhirat karena sebagai manusia aku lemah dan tak luput dari kesalahan, kekurangan, dan dosa.


Ukhtiku… kuucapkan terima kasih atas semua kasih sayangmu yang begitu tulus padaku. Terima kasih atas semua kebaikan dan pengertianmu dalam memahamiku. Semoga Allah selalu melindungimu, merahmatimu, dan memberkahi kehidupanmu. Semoga persahabatan kita selalu dinaungi cinta-Nya.


Ukhtiku… di hari bahagiamu ini, ingin sekali aku memberikan sesuatu yang terindah, sesuatu yang berharga, sesuatu yang takkan pernah kau lupakan seumur hidupmu, sesuatu yang bermanfaat dunia akhirat. Tapi, aku bingung, apakah itu? Karena aku hanya manusia biasa, lemah, terbatas, dan tak berdaya.


Maafkan aku karena tak bisa memberimu sesuatu yang berharga itu. Aku juga tak bisa memberimu hadiah cokelat yang bisa merusak gigi :D. Aku pun tak bisa memberimu sekuntum apalagi seikat bunga yang kesegarannya hanya sebentar kau rasakan, lalu layu terkulai :D. Seperti yang kau lihat, aku hanya bisa memberi apa yang bisa kuberi. Walau kecil dan aneh, benda ini memiliki arti lebih di mataku. Semoga kau dapat menerima hadiah kecil dariku ini dengan gembira, lapang dada, dan sukacita karena hanya ini yang bisa kuberi.
....


With love,


Noerma Dj.
  
Stop! Jari-jariku sudah kram, tak sanggup lagi meneruskannya (hehe). Sebenarnya masih ada beberapa paragraf lagi, tapi cukuplah segitu aja isi surat yang kutampilkan untuk konsumsi publik. Selebihnya biarlah menjadi rahasia antara si pengirim surat dan si penerima surat (hehe).

Ada Duka di Matamu











Sahabat,
Kutulis surat ini kala hentakan resah memukul-mukul dinding hatiku. Saat mendengar kabar sakitmu, seketika rasa cemas melumuri sukma. Tatkala melihat ringisanmu, hatiku pedih bukan kepalang. Suara dan sorot matamu cukup mendeskripsikan duka yang kau tanggung.

Perih. Pening. Nyeri. Demam. Meriang. Pegal linu. Menggigil. Mual. Mulas. Melilit-lilit. Perut kembung. Lemas. Letih. Lesu. Batuk-batuk. Hidung gatal. Mata perih. Gigi ”snut-snut”. Mungkin itu yang tengah kau rasakan sekarang. Tentu saja, dengan raga begitu tak memungkinkan bagimu untuk beraktivitas seperti sedia kala.

Bosan. Boring. Jenuh. Jemu. Bad mood. Dunia seakan berhenti berputar. Waktu bagaikan berjalan lebih lambat. Mungkin itu yang sedang melandamu saat ini. Melakukan apa pun rasanya tak enak. Mau makan rasanya sepat. Mau minum rasanya aneh. Mau berdiri sempoyongan. Tidur pun kurang terasa nyaman.

Ayam bakar tak lagi menggugah seleramu. Pecel lele tak lagi membangkitkan rasa laparmu. Spaghetti tak lagi menggoda matamu. Rendang tak lagi menarik minat makanmu. Fried chicken tak lagi mengundang nafsu makanmu. Bahkan, nasi timbel + lalapan + sayur asam pun tak lagi membuat perutmu dangdutan, eh keroncongan. Semua akan terasa pahit di mulutmu. ”Huh, kenapa lidahku tak berfungsi?” mungkin itu yang terucap dari mulutmu.

Sahabat,
Sakit adalah ujian. Mungkin Allah ingin menguji seberapa kuat dirimu menghadapinya. Sakit adalah cobaan. Mungkin Allah ingin menguji seberapa tangguh dirimu menanggungnya. Sakit adalah musibah. Mungkin Allah ingin menguji seberapa sabar dirimu melewatinya. Sakit adalah teguran. Mungkin Allah ingin mengingatkan kelalaianmu dalam menjaga amanah-Nya.
Cukuplah sabda Nabi saw. yang harus kau ingat:

”Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa sakit yang berterusan, sakit yang biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan, hingga duri yang menusuknya, maka pasti musibah itu akan menjadi penghapus bagi kesalahan-kesalahannya.” (Mutafaq ‘alaih)

”Siapa saja yang ditimpa musibah atas hartanya atau jiwanya, kemudian ia menyembunyikannya dan tidak mengadukan kepada manusia, maka Allah pasti akan mengampuninya.” (ath-Thabrani)

”Seorang muslim yang tertusuk duri di dunia, ia ikhlas menerimanya, maka pasti ujian itu akan menjadi penyebab Allah melenyapkan kesalahan-kesalahannya di hari kiamat” (al-Bukhari)

”Dia adalah wanita yang hitam ini. Ia datang kepada Nabi saw. seraya berkata, ”Ya Rasulullah, aku biasa terkena ayan dan auratku suka tersingkap karenanya, maka berdoalah kepada Allah untukku.” Rasulullah bersabda, ” Jika engkau mau bersabar, bagimu surga. Akan tetapi, jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata, ”Aku akan bersabar saja. Akan tetapi, auratku suka tersingkap, maka berdoalah untukku agar auratku tidak tersingkap.” Kemudian, Rasulullah saw. berdoa untuknya.” (Mutafaq alaih)

Kini, di tempat yang jauh, berjarak ribuan mil darimu, aku hanya mampu menengadahkan wajah dan mengangkat jemari, memohon kepada-Nya:

Ya Rahman, Ya Rahim, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kasihilah sahabatku. Jangan Engkau cabut nikmat sehat darinya.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memberi, berikanlah kesembuhan pada sahabatku dengan kesembuhan yang tiada sakit lagi setelahnya.
Ya Allah, jadikan ia hamba yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi rasa sakitnya.
Ya Rabb, Ya Tuhanku, Yang Maha Pemberi Petunjuk, bimbinglah ia agar tetap berada di jalan-Mu. Jangan biarkan musibah yang menimpanya memalingkan ia dari-Mu. Jagalah hatinya agar tetap terpaut kepada-Mu.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun, ampunilah kesalahannya dan kesalahanku. Ampuni kekhilafan dan kelalaian kami Ya Rabbana.
Ya Allah, semoga ia menemukan hikmah yang luar biasa. Semoga musibah ini membuatnya semakin dekat kepada-Mu. Amin.

Sahabat,
Bersabarlah! Jangan mengeluh! Janganlah kau berputus asa dari rahmat-Nya. Ketahuilah, rasa sakit yang kau derita teramat ringan dibandingkan dengan derita yang dialami saudara-saudara kita di Palestina. Rasa nyeri yang menyerang tubuhmu lebih ringan daripada duka berkepanjangan yang menimpa saudara-saudara kita di belahan bumi lain yang disiksa, ditindas, dan dianiaya oleh kaum kafir penjajah. Jadi, tetaplah bersemangat! Jangan biarkan mendung hitam membayangi wajah manismu!

Hanya kepada Allah kita memohon. Hanya kepada Allah kita bergantung. Semoga Allah senantiasa melimpahkan nikmat iman dan nikmat sehat pada diri kita.

Mohonlah kepada Allah keselamatan dan afiat (kesehatan). Sesungguhnya tiada sesuatu pemberian Allah sesudah keyakinan (iman) lebih baik daripada kesehatan. (HR Ibnu Majah)

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR Bukhori)

 

Teruntuk semua sahabatku yang tengah sakit
*Yang sedang tidak sakit tetep wajib baca ya... 

(siapa tau nanti berguna di kala sakit. Ini bukan mendoakan supaya sakit loh...)
*Jika ada sahabatmu yang sakit, surat ini boleh kau kirimkan untuknya... :-)

Untuk yang Terkasih


Jika ada telaga mahabening yang airnya terus mengalir sepanjang waktu, tetap saja itu takkan mampu menandingi beningnya kasih sayang ibu yang tercurah padaku. Aku anaknya. Putri yang lahir dari rahimnya. Aku telah dikandung dan dilahirkan olehnya dengan susah payah. Kemudian, tumbuh di bawah asuhan cintanya. Jadi, aku tahu betul perjuangan ibu dalam merawatku meski terkadang aku tak menyadari jerih payahnya itu. Bahkan, masih suka lalai dalam membalas jasanya.

Oh, ibu… kau adalah seumpama matahari yang selalu menghangatkan hatiku. Meski jasadmu tak selalu di sampingku, kau hadir lewat doa yang terpanjat. Doa-doamu menjadi pengiring setiap langkahku. Nasihat-nasihatmu menjadi petunjuk arah hidupku.

Jika ada keajaiban dunia yang tercipta dengan penuh perjuangan dan jutaan tetesan keringat, tetap saja itu takkan mampu menandingi tulusnya pengorbanan ayah untukku. Aku anaknya. Putri yang dibesarkan dengan penjagaan cintanya. Meski harus bekerja keras membanting tulang, ayah rela melakukannya. Dinginnya angin pagi coba ditembusnya. Sengatan mentari siang tak dihiraukannya. Ganasnya udara malam siap ditaklukkannya demi kelangsungan hidup kami, anak-anaknya tercinta. Ayah tak pernah mengeluh. Ia tak pernah menampakkan rasa capeknya meski seharian lelah bekerja.

Oh, ayah… kau adalah seumpama rembulan yang menyinari hidupku. Petuah-petuahmu menghilangkan galau hatiku. Bimbingan dan didikanmu menjadikan aku tetap bertahan di antara kejamnya arus kehidupan.

Ibu… Ayah… maafkan aku, anakmu yang tak tahu balas budi ini. Maafkan jika kata-kataku sering menyakitimu. Begitu sering aku mendebatmu. Begitu mudah aku tak mengindahkan nasihatmu. Maafkan jika tingkahku sering mengoyak-ngoyak sukmamu. Sikapku sering membuatmu khawatir. Gerak-gerikku sering membuatmu dihantui rasa cemas dan was-was. Maafkan jika kehadiranku sering mengusik ketenangan jiwamu. Maafkan aku karena belum mampu menjadi permata terindah dalam keluarga. Maafkan aku karena tak bisa membalas jasamu dengan sempurna.

ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
 “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil”
Amin...
Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy