RSS

Tiga Pertanyaan Besar


"Hidup tak lebih dari sekedar tanda tanya???". Begitu tulis temanku di status efbe-nya. Kalimatnya singkat, namun membuat pikiranku tercekat.

Akhirnya, saya mengangguk-angguk mengiyakan, seolah-olah temanku yang menulis status itu akan melihat anggukanku (hehe).

Setelah saya pikir-pikir, ada benarnya juga statement temanku itu. Setiap hari hidup kita memang dipenuhi dengan rentetan pertanyaan. Entah kita yang bertanya atau ditanya orang.

Sejak bangun tidur hingga tidur lagi pertanyaan-pertanyaan itu akan muncul memenuhi pikiran kita. Bisa jadi deretan pertanyaan itu hanya berseliweran di benak kita atau hanya kita simpan di dalam hati. Entah malu untuk mengungkapkan atau memang tidak pantas ditanyakan (hehe).

Kawan, masih ingatkah dengan masa kecilmu? Yuk, kita bernostalgia sejenak (hehe). Bukankah sejak kecil kita sering bertanya pada orang-orang sekitar? Masih ingatkah begitu cerewetnya kita dulu? Bukankah jika tidak tahu tentang sesuatu, sedikit-sedikit kita akan bertanya pada ibu dan ayah, kakak, kakek dan nenek, paman dan bibi, atau pada teman-teman bermain? Kemudian, saat mulai masuk sekolah, kita sering bertanya pada guru-guru.

Karena didorong penasaran dan rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu, secara spontan kita akan mengajukan pertanyaan. Namun, berdasarkan pengamatan (tahu dah valid atau tidaknya, haha), frekuensi bertanya dan rasa ingin tahu itu sedikit menurun seiring bertambahnya usia.

Itu saya alami sendiri. Sangat disayangkan memang. Kalau waktu duduk di bangku SD kita akan mengajukan pertanyaan tanpa diminta, mulai SMP kita agak sungkan bertanya kecuali diberi kesempatan. Beranjak SMA jadi lebih pemalu dan malas bertanya (hehe). Saat kuliah malah malu-maluin (kekekek...). Betul apa benar? :D

Yupz, kita dilahirkan ke dunia dengan tangan kosong dan hampa. Tak membawa apa pun, termasuk pengetahuan apa pun. Sangat kering dari informasi. Hal itulah yang membuat kita sering mengajukan pertanyaan apa pun pada orang-orang yang tahu. Nah, informasi yang kita serap dan terima dari sekitarlah yang akhirnya membuat kita melek dan tahu segala hal.

Dari situ jelas, segala yang kita miliki sekarang adalah pemberian-Nya. Ilmu yang kita punya adalah pemberian dari Allah. Semuanya kita peroleh melalui sebuah proses. Ilmu yang kita miliki hanya seujung kuku dibandingkan dengan Mahaluasnya ilmu Allah.

Manusia itu tidak ada apa-apanya, maka tidak layak menyombongkan diri. Kalau bukan karena karunia-Nya yang telah menganugerahi kita indra yang lengkap, tentu kita tidak akan mampu menyerap informasi apa pun. Betapa beruntungnya kita bukan?

Allah telah mengaruniakan akal pada kita. Dengan akal itulah, kita mampu berpikir. Berpikir termasuk kegiatan yang harus senantiasa dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Makanya, orang-orang sering bilang, "Berpikir baru bertindak, jangan bertindak tanpa berpikir". Tujuannya agar tindakan kita tidak melenceng atau berujung pada penyesalan tiada akhir.

Dengan akal pula, kita bisa merenungkan segala hal dan memikirkan semua yang ditemui. Juga mampu mengolah informasi, termasuk tanya-jawab seputar informasi tersebut. Jadi, tanya-jawab termasuk aktivitas rutin harian kita.

Kalau ditanyakan ilmu dulu atau amal dulu, jawabannya ilmu dulu baru amal. Dengan kata lain, sebelum beramal alias berbuat kita harus tahu ilmunya. Amal tanpa ilmu tidak akan sempurna. Ilmu tanpa amal pun sia-sia. Bahkan, Allah melarang kita melakukan suatu perbuatan jika kita tidak memiliki pengetahuan tentang perbuatan itu. Begitu nasihat dari alim ulama yang pernah saya simak.

Tentu saja, untuk memiliki pengetahuan dan ilmu, kita harus rajin menuntut ilmu. Orang yang berilmu memiliki kedudukan lebih tinggi di mata-Nya. Bukankah Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu? Ilmu yang kumaksud bukan ilmu hitam loh (wekekek), tapi ilmu yang bermanfaat untuk dunia-akhirat.

Eits, malah membahas ilmu segala (hehe). Aduh, moga-moga masih nyambung (kalau nggak nyambung, sambungin sendiri aja pake tali sepatu, kekekek... :D). Baiklah kawan, kita kembali ke laptop (hehe), eh ke masalah pertanyaan dong :). Btw, pernahkah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini: dari mana saya berasal? akan kemana saya setelah meninggal? untuk apa saya hidup? kalau belum, bener-bener dah... teungteuingeun pisan... (hehe).

Kawan, pertanyaan yang saya sebut di atas termasuk tiga pertanyaan besar loh. Pertanyaan itu wajib dijawab karena akan berpengaruh terhadap kehidupan kita. Bahkan, jawaban dari pertanyaan itu akan menentukan cara pandang dan paradigma kita dalam menjalani hidup (weis, agak berat nggak ya bahasanya? :D).

Sekarang, yuk kita jawab tiga pertanyaan tersebut! Dengan senang hati saya akan membantumu menjawabnya (hehe). Monggo disimak! :)

Pertama, dari mana saya berasal? Tentu manusia berasal dari Allah, diciptakan oleh Allah (seperti diutarakan dalam surat Al-Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah menciptakan manusia dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani). Jadi, bukan muncul tiba-tiba dengan sendirinya dan bukan pula berevolusi dari kera seperti teori Darwin.

Kedua, akan kemana saya setelah meninggal? Semua manusia yang meninggal akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika di dunia. Nanti di yaumil akhir, perbuatan kita akan ditimbang. Timbangan perbuatan itulah yang nanti akan menentukan di mana manusia menetap: surga atau neraka.

Ketiga, untuk apa saya hidup di dunia? Nah, kalau pertanyaan ini bisa kita lihat jawabannya di surat Adz-Zariyat ayat 56, yang artinya, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah adalah bertauhid kepada-Nya, yakni bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Itu berarti jin dan manusia diciptakan oleh Allah agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendak-Nya. 

Kawan, kalau kita masih membayangkan ibadah itu cuma shalat atau ngaji, amat keliru. Ibadah dibagi menjadi dua, antara lain: 
  • ibadah murni, yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Alquran maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Contoh: shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya; dan 
  • ibadah umum, yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah. Jelaslah, tujuan hidup manusia adalah mencari keridhaan Allah. Maka, perbuatan kita harus senantiasa disesuaikan dengan aturan-Nya sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali.

Itulah uraian atas tiga pertanyaan besar tadi, kawan. 
Semoga bisa dipahami ya :). 
Ayo, kita berusaha sekuat tenaga menjadi hamba Allah yang taat. 

Bismillah... 
bimbing kami ya Allah agar senantiasa menjadi hamba-Mu yang setia. 
Jauhkan kami dari segala godaan dan tipu daya dunia. 
Tuntun kami agar selalu istiqomah berada di jalan-Mu. 
Amin ya rabbal alamin...

1 komentar:

Muhammad Muslim mengatakan...

mantap gan " ane copy ya gan ? artikel nya

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy