RSS

Cinta, Oh! Cinta


 
Cinta adalah suatu topik yang tak terbatas. Itulah kalimat pendek yang saya temukan dari bacaan (maaf sumbernya lupa, hehe…). Setelah sedikit merenung (ah, sok pemikir banget sih :D), saya menyepakati kalimat tersebut. 

Cinta memang sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Obrolan seputar cinta tak akan ada habis-habisnya. Pembahasan tentang cinta selalu laku keras, laris manis bak roti donat Be-Pe (baca: Bintang Pelajar) :D.

Lihatlah! Dari zaman baheula (baca: dulu) sampai abad millennium (baca: sekarang), cinta telah menjadi tema langganan yang diangkat ke layar lebar, layar kaca, dan layar tancap. Semuanya mendongkrak sukses. Film-film menjadi box office. Sinetron dan drama berhasil merajai rating. 

Akhirnya, pasangan Romeo-Juliet, Rose-Jack (Titanic), Rahul-Anjeli (Kuch Kuch Hota Hai), Bella-Edward (Twilight), Han Ji Eun-Lee Young Jae (Full House), Dao Ming Se-Shan Chai (Meteor Garden), sampai pasangan Galih-Ratna (Gita Cinta dari SMA), Cinta-Rangga (AADC), Fahri-Aisha (AAC), dan Fitri-Farel (Cinta Fitri) tersohor ke seantero jagat raya (tapi kayaknya 4 pasangan terakhir cuma terkenal di negeri ini, hihi…).

Tak hanya itu, novel-novel pun, mulai dari novel picisan, novel remaja, sampai novel religi mengusung cinta. Lagu-lagu atau puisi pun tak ketinggalan. Hampir didominasi kisah cinta. Hasilnya, novel-novel diserbu sehingga meraih best seller. Lagu-lagu diburu sehingga meraih top hits. Puisi-puisi digandrungi (nah, kalo ini biasanya dicontek ketika mengungkapkan cinta pada pujaan hati, haha…).

Cinta itu apa? Rasanya sulit untuk mendefinisikannya. Tak mudah untuk memaknainya. Sepertinya cinta bukan untuk diartikan, melainkan untuk dirasakan (wekekekek…).

Orang bilang, ”Cinta adalah anugerah”. Perkataan itu tidak salah. Berbahagialah yang dihidupkan hatinya dengan cinta (ehm…). Cinta memang anugerah dari Tuhan yang bisa menggerakkan segala potensi seseorang untuk berkarya dan memiliki semangat hidup. Cintalah yang membuat hidup lebih hidup. Tak percaya? Buktikan sendiri! ^^
 
Dulu, para sahabat dari kalangan Muhajirin rela meninggalkan tanah air, harta benda, kaum kerabat, bahkan keluarganya sendiri demi memenuhi panggilan Allah dan Rasulnya. Kaum Ansar rela berbagi harta benda dan segala yang mereka miliki dengan kaum Muhajirin. Abu Talhah rela melindungi Rasulullah dari serbuan panah ketika Perang Uhud sehingga tangannya lumpuh. Handzalah berani meninggalkan istri yang baru dinikahinya pada malam pertama demi memenuhi seruan jihad. Seorang ayah rela bekerja keras membanting tulang demi istri dan anaknya. Seorang kakak rela berkorban waktu dan tenaga demi melindungi adiknya. Seorang istri rela melakukan apa pun untuk menyenangkan hati suaminya. Apa alasan mereka melakukan itu? Tentu saja karena cinta. Dahsyat bukan? Itulah hebatnya kekuatan cinta. ^_^

Bagaimana dengan realita yang berkembang di lingkungan masyarakat kita? Saya melihat generasi kita begitu cengeng. Mereka mudah lemah jika berurusan dengan cinta. Banyak tawuran, baik antarsiswa, antarmahasiswa, maupun antarpemuda hanya disebabkan saling berebut cinta. Tak sedikit yang mogok makan karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Bahkan, sering diberitakan di media massa, ada yang bunuh diri karena broken heart. Banyak juga yang terjerat narkoba gara-gara dikhianati cinta. Yang lebih parah, ada yang rela melepas kesucian dengan alasan demi cinta (hiy…).

Menurut saya, pemahaman mereka tentang cinta amat kerdil. Mereka mengartikan cinta hanya sebatas perasaan yang muncul antarlawan jenis, kemudian dijadikan dalih untuk saling berbagi. Merajut cinta dengan cara yang salah. Tentu saja salah karena tak mengikuti rambu-rambu yang ditetapkan Sang Pemilik Cinta. Akibatnya, sekarang kita jarang menyaksikan remaja yang bahu membahu membangun cinta pada kebenaran, cinta Rasulullah, cinta semata-mata karena Allah.

Ah, andai mereka tahu… seharusnya cinta membawa kebaikan dan kebahagiaan. Harusnya cinta melahirkan epos (baca: energi positif) dalam kehidupan. Seharusnya cinta itu dilandasi karena Allah. Cinta karena Allah tidak akan menggiring pada jurang kemaksiatan. Cinta karena Allah tidak akan membuat seseorang berpikir sempit. Justru akan menjadikan seseorang berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, dan lebih dewasa.

Saya ingin memiliki cinta seperti sahabat Rasul dan orang-orang saleh. Perasaan cinta mereka kepada Penggenggam alam semesta tumbuh dengan subur. Mengakar demikian kuat. Perasaan cintanya itu ditujukan kepada Yang Maha Mencinta yang tak pernah putus cintanya, Yang Kekal cintanya. Dialah Allah Yang Maha Penyayang. Bagaimana dengan Anda? 

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Wadud… Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Mencinta, bimbinglah hatiku agar selalu tertuju pada-Mu. Jangan biarkan kecintaanku pada makhluk-Mu memalingkan aku dari-Mu. Amin…

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy