RSS

Dialog Dua Sisi Hati


"Lihat, udah jam 21.45!" ujar sisi hatiku.
"Iya tahu," jawab sisi hatiku yang lain.
"Nah, kalo tahu, kenapa nggak tidur?"
"Iya, ntar jam sepuluh mau tidur kok."
"Sekarang aja, ayo!"
"Iya, ntar."
"Sekarang aja. Besok kan harus berangkat pagi-pagi."
"Iya."
"Itu juga, tv dinyalain tapi nggak ditonton."
"Biarin, kan biar ada suara-suara, jadi nggak terlalu sepi."
 "Makanya cepetan habisin minumannya."
"Iya. Nih mau kuminum."
"Ayo, sekarang tidur!"
"Iya."
"Iya iya, tapi kenapa masih duduk aja?"
"Bentaaaaaaaaaaar lagi. Belum ngantuk."
"Belum ngantuk gimana, tuh mata udah 5 watt gitu?"
"Iya bentar."
....
"Udahlah, mendingan tidur daripada melamun."
 "Eh, ..."
"Ayolah, hentikan pikiranmu. Jangan berpikir berlebihan."
"Tapi.... Tapi...."
"Stop! Tak perlu merisaukan hal yang belum terjadi, apalagi hanya akan membuatmu sedih begitu."
"Hmm..."
"Loh, kok malah nangis?"
"...."
"Udahlah, jangan sedih. Tak ada yang perlu ditangisi."
"Tapi aku takut tidak sanggup menjalaninya."
"Tak perlu takut. Semuanya akan baik-baik saja."
"Benarkah?"
"Pasti. Pasrahkan semua pada-Nya."
"Gimana jika aku bener-bener nggak sanggup."
"Mintalah kekuatan pada-Nya."
"Hmm, baiklah."
"Nah, gitu dong. Tidurlah, pejamkan matamu. Buang semua kecemasan-kecemasan yang tak perlu."
...

"Kok udah bangun lagi. Lihat baru jam 01.40."
"Ga tau nih, tiba-tiba aja bangun."
"Tidur lagi aja, ntar bangun lagi jam 03.30."
"Iya, akan kucoba."
...

"Loh, kok malah bengong."
"Eh..."
"Kenapa nangis lagi?"
"...."
"Jangan terlalu bersedih untuk sesuatu yang belum terjadi."
"Tapi aku tak bisa menghentikan air mataku."
"Makanya jangan dibayangkan sedih. Yakinlah, kau bisa melewatinya. Kan hanya sementara."
"Tapi itu terlalu lama."
"Ah, ntar juga nggak akan kerasa kalo udah dijalani."
"Begitukah?"
"Ingatlah, setiap pilihan ada risikonya. Kau sudah memutuskan pilihanmu, maka terimalah risikonya."
"Tapi ini terlalu berat."
"Itu hanya perkiraanmu. Kau belum coba menjalaninya."
"Kayaknya nasibku amat malang ya?"
"Ah, tidak! Kau terlalu berlebihan. Malah kau amat beruntung karena dikaruniai anugerah ini."
"Iya sih."
"Jangan bersedih lagi. Tersenyumlah. Bersyukurlah atas limpahan nikmat-Nya. Bersabarlah atas semua ujian-Nya. Ikhlaskanlah. Tatap hari esok dengan penuh percaya diri."
"Hmm, okelah."
"Sekarang saatnya bermunajat pada-Nya. Bersimpuhlah di hadap-Nya. Mintalah petunjuk terbaik-Nya."
"Sip, oke oke."

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy