RSS

Sebentuk Senyum Untukmu


Gadis itu sedang bergembira. Sejak tadi ia senyum-senyum sendiri. Diraihnya diary yang tersimpan di rak buku, kemudian ia menuliskan sesuatu. Masih dengan tersenyum-senyum, ia memenuhi lembar putih itu dengan tulisan tangannya yang rapi dan indah. Wajahnya nampak serius. Pikirannya benar-benar larut dan hanyut dengan dunianya sendiri. Begini kira-kira isi tulisannya.
 
Untukmu
yang jauh di ujung sana di belahan bumi-Nya...


Asalamualaikum,

Apa kabarmu hari ini? Kuharap di sana kau baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Amin. Aku pun alhamdulillah baik. Hmm... sebenarnya aku sedang berusaha merasa baik. Entahlah, ada berbagai rasa berdesakan dalam hati. Ada berbagai pikiran berkecamuk dalam benak. Biasalah, aku memang terlalu perasa dan pemikir. Hal sepele pun kadang dipikirkan. Jadi, tak perlu kau cemaskan ("Yee... siapa juga yang merasa cemas?" mungkin itu tanggapanmu, heee...).

Sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu. Aku hanya ingin sedikit bercerita. Tahukah kau, semalam suaramu hadir dalam mimpiku? Hanya suara. Wajahmu tak terlihat jelas. Ah, pasti kau tak tahu :D. Uhuk uhuk... kedengerannya lebay banget ya? (hehe). Begitulah.... Suaramu seolah terdengar nyata di telingaku sampai-sampai saat terbangun aku terbengong-bengong sendiri.

"Aku rindu senyummu," begitu ucapmu sungguh-sungguh. Hmm... aku terus berpikir. Merenung dan menimbang-nimbang. Mencoba menafsirkan maksudnya. Tuh kan, aku selalu begitu. Memikirkan yang tidak penting, padahal itu cuma mimpi. Tapi, gara-gara itulah aku jadi sedikit memikirkanmu :D. Padahal, aku berusaha mati-matian untuk tidak mengingatmu. Bukan apa-apa. Aku hanya tak ingin menduakan atau membuat-Nya cemburu :). Lagian, bukankah belum sepantasnya aku memikirkanmu? Belum halal bukan? :)

Tahukah kau, hal konyol apa yang kulakukan begitu bangun dari tempat tidur? Pasti kau juga tak tahu :D. Aku mendekati cermin dan menggerakkan bibir. Ya, aku tersenyum. Tersenyum manis pada diri sendiri sambil memandangi wajah kusutku di cermin. Hah, konyol banget kan? :D.

Kemudian, aku mengangguk-anggukkan kepala. Ya, aku harus selalu tersenyum. Serumit apa pun masalah yang kuhadapi, sepahit apa pun kenyataan yang kualami, segetir apa pun nasib yang kujalani, aku tak boleh lupa untuk tersenyum. Setidaknya senyuman akan meringankan beban yang kupikul. Bukankah dengan senyuman suasana yang kaku bisa berubah cair? Bukankah dengan senyuman pula kedua orang tak saling kenal bisa akrab? Ketika tersenyum, siapa pun akan terlihat menarik. Betul? Maka, aku berjanji pada diri sendiri, aku akan berusaha tersenyum dalam menerima apa pun ketentuan-Nya.

Harus kautahu, aku selalu menunggumu. Aku berharap kau secepatnya menjemputku dan mengajakku ke taman yang dirindui semua insan. Semoga Allah segera mempertemukan kita dalam ikatan suci nan indah. Semoga Allah menyatukan hati kita dengan cinta-Nya. Amin.

Dalam pengharapan ini kukirim sebentuk senyum untukmu. Baik-baiklah kau di ujung sana. Temui aku secepatnya dengan cara yang diridhai-Nya. Oke? :)

Kutulis dengan senyum ^_^
Wasalamualaikum.

Setelah selesai menulis, ia bingung sendiri. "Harus aku kirim kemana surat ini? Tak ada alamat penerima, gimana pula ini?" tanyanya lirih ditujukan kepada dirinya sendiri. Tapi, segera diusir rasa bingung yang menggantung di sudut hatinya. "Ah... aku simpen aja dulu. Kalo ketemu dia, nanti akan kuberikan."

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 SAHABAT HATI. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy