Kemarin kepalaku terasa berat. Nyut-nyut. Serasa ditimpa palu sekian ton. Sakitnya tak tertahankan. Gigi ngilu. Snut-snut. Tenggorokan sakit serasa ditusuk-tusuk duri tajam. Badan rasanya lemas. Lengkaplah penderitaanku hari itu. Berdiri sempoyongan. Duduk tak kuat. Tiduran pun tak nyaman. Malah membuat kepala tambah pening. Dari pagi sampai siang aku tergolek lemah di tempat tidur. Benar-benar tepar. Posisi tubuh sudah tak karuan. Sebentar miring kiri, sebentar miring kanan, sebentar telentang, sebentar telungkup. Selang waktu selama itu aku hanya berguling-guling.
Sebelum bedug zuhur, akhirnya kupaksakan bangun pelan-pelan. Lalu, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku mandi sepuasnya. Berharap kesegaran mendatangi tubuhku. Hmm... setelah mandi lumayan ada tenaga untuk berdiri. Kondisiku berangsur-angsur membaik meski kepala masih terasa cenat-cenut. Alhamdulillah juga masih bisa shalat dengan berdiri.
Usai shalat, aku baru ingat dari pagi belum makan apa pun. Bahkan, setetes air pun belum melewati tenggorokan. Pantas saja perutku dangdutan eh keroncongan. Ah, rupanya cacing-cacing sedang menagih makanan. Sebenarnya malas banget untuk makan. Mulut rasanya pahit. Tak ada selera. Namun, aku ingat, aku tidak boleh menzalimi diri sendiri. Tubuh juga memerlukan makanan agar bisa menghasilkan energi. Maka, aku menuju meja makan untuk menyantap makan siang. Waduh, susah banget untuk menelan makanan. Mesti pelan-pelan, baru bisa masuk. Jadi, aku menghabiskan waktu lumayan panjang hanya untuk menghabiskan makan siang. "Sabar... sabar...," ucapku menenangkan diri.
Huwaaa... ketika kulihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua. Padahal hari ini seharusnya aku mengikuti ziyadah pukul satu di kampus pakuan. Apalah daya, aku tak sanggup berangkat. Badanku masih lemah untuk menempuh perjalanan jauh. Maka, kuputuskan istirahat sambil membaca buku.
Lama-lama baca buku terasa pegal juga. Aku perlu bergerak agar bisa mengeluarkan keringat. Akhirnya, kucoba menyetrika baju untuk kerja selama seminggu ke depan. Tak lama, azan ashar tiba.
Setelah menunaikan shalat ashar, kuputuskan untuk membuka laptop. Aku harus menulis sesuatu. Biasanya menulis akan mengalihkan pikiranku. Aku berharap rasa sakit ini akan teralihkan.
Akhirnya, memang terbukti kawan. Ternyata dengan menulis aku bisa melupakan rasa sakitku. AJAIB! Saat menekan-nekan tuts keyboard, aku benar-benar lupa dengan kondisiku. Pikiranku fokus untuk merangkai kata agar enak dibaca. Aku tidak ingat dengan rasa sakit yang menimpa.
Yah, aku sudah membuktikannya. Menulis ternyata bisa menjadi terapi mujarab untuk mengusir rasa sakit. Alhamdulillah. Sampai tak terasa waktu azan maghrib pun tiba. Aku menghentikan sejenak pekerjaanku. Beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, kemudian shalat di kamar.
0 komentar:
Posting Komentar